(Jl. Jambu Malawili Aimas Sorong Papua Barat)


Archives

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

TANDA-TANDA BAHAYA KEHAMILAN, HIV, NUTRISI, IMUNISASI TT, ZAT BESI, ASAM FOLAT, KALSIUM, PENGOBATAN MALARIA, YODIUM, DAN VITAMIN A PADA IBU HAMIL

ASUHAN KEBIDANAN (ASKEB 1)

TANDA-TANDA BAHAYA KEHAMILAN, HIV, NUTRISI, IMUNISASI TT, ZAT BESI, ASAM FOLAT, KALSIUM, PENGOBATAN MALARIA, YODIUM, DAN VITAMIN A PADA IBU HAMIL

Disusun Sebagai Tugas Individu
Asuhan Kebidanan I





DISUSUN OLEH:
RIRIN AOENG S. POETRI
NIM: 13.032



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SORONG
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2014



KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat sehingga makalah yang berjudul “Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan, Hiv, Nutrisi, Imunisasi Tt, Zat Besi, Asam Folat, Kalsium, Pengobatan Malaria, Yodium, Dan Vitamin A Pada Ibu Hamil” dapat diselesaikan sesuai target yang ingin dicapai oleh penulis.
Makalah ini dibuat untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai pelajaran-pelajaran yang berkaitan dengan pemberian asuhan antenatal care pada ibu hamil guna mengurangi AKI dan AKB. Selain itu, makalah ini juga dibuat untuk menambah wawasan bagi penulis.
            Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Bapak W. Isir, B.Sc, S.Sos, MM selaku Direktur.
2.      Ibu M. Wattimena, A.Kp, M.Kes selaku ketua Jurusan Kebidanan.
3.      Ibu Sunaeni, M.Keb selaku ketua Program Studi sekaligus dosen pengampu.
4.      Ibu Adriana Egam, S.ST selaku dosen wali.
5.      Ibu Irianti Tinna, S.ST.
6.      Seluruh pihak yang telah membantu, khususnya pada penyusunan makalah ini.
Semoga usaha pembuatan makalah yang telah dikerahkan ini dapat membuahkan hasil yang maksimal dan bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mohon maaf, karena sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa.


Sorong, 26 Maret 2014
Penulis


Ririn Aoeng S. Poetri



DAFTAR ISI

Halaman Judul  ……………………………………………………………
Kata Pengantar  …………………………………………………………...
Daftar Isi  …………………………………………………………………
BAB I. PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang  …………………………………………..............
B.        Rumusan Masalah  ……………………………………………….
C.        Tujuan Pembahasan  ……………………………………..............
D.       Manfaat Penulisan  ……………………………………………….
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A.    Tanda Bahaya dalam Kehamilan  …………………………………
B.     Infeksi HIV dan AIDS dalam Kehamilan  ………………………..
C.     Pemberian Nutrisi, Imunisasi TT, Zat Besi, Asam Folat, dan Kalsium pada Ibu Hamil  …………………………………………
D.    Pengobatan Malaria, Yodium, dan Vitamin A pada Ibu Hamil  ….
BAB III. PENUTUP
3.1  Kesimpulan  ……………………………………………………….
3.2  Saran  ……………………………………………………...............
Daftar Pustaka  ……………………………………………………………
i
ii
iii

1
2
2
2

3
15

24
38

43

iv



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi merupakan fokus utama pemecahan masalah kesehatan di Indonesia. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator penting untuk menilai tingkat kesejahteraan suatu negara dan status kesehatan masyarakat. Angka kematian bayi sebagian besar adalah kematian neonatal yang berkaitan dengan status kesehatan ibu saat hamil, pengetahuan ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan dan peranan tenaga kesehatan serta ketersediaan fasilitas kesehatan.
Kematian pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di Negara berkembang sekitar 25 – 50% kematian terjadi pada wanita usia subur. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama kematian wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Angka kematian ibu merupakan tolak ukur untuk menilai keadaan pelayanan obstetri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti sistim pelayanan obstetri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan.
Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil, bersalin dan masa nifas (dalam 42 hari) setelah persalinan.
1. Penyebab langsung kematian seorang wanita
a) Perdarahan
b) Keracunan kehamilan/eklamsia
c) Keguguran/abortus
d) Infeksi
e) Partus lama/persalinan macet
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat 1 tahun. Penyebab Kematian Bayi meliputi asfiksi, infeksi, hipotermi, BBLR, trauma persalinan, penyebab lain pemberian makan secara dini, pengetahuan yang kurang tentang perawatan bayi, tradisi (masyarakat tidak percaya pada tenaga kesehatan), serta sistem rujukan yang kurang efektif.
Sebagai seorang petugas kesehatan, bidan harus memperkecil angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) dengan jalan pemberian asuhan antenatal care yang sesuai dengan standar asuhan kebidanan.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1.      Apa saja tanda bahaya dalam kehamilan trimester I, II, dan III?
2.      Bagaimana HIV dalam kehamilan?
3.      Bagaimana pemberian nutrisi untuk ibu hamil trimester I, II, dan III?
4.      Bagaimana pemberian imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil?
5.      Bagaimana kebutuhan zat besi, asam folat, dan kalsium dari ibu hamil?
6.      Bagaimana pengobatan malaria pada ibu hamil?
7.      Bagaimana kebutuhan yodium dan vitamin A bagi ibu hamil?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan trimester I, II, dan III
2.      Mengetahui HIV dalam kehamilan
3.      Mengetahui pemberian nutrisi untuk ibu hamil trimester I, II, dan III
4.      Memahami pemberian imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil
5.      Memahami kebutuhan zat besi, asam folat, dan kalsium dari ibu hamil.
6.      Memahami pengobatan malaria pada ibu hamil
7.      Memahami kebutuhan yodium dan vitamin A bagi ibu hamil.

D.    Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat dengan pertimbangan sebagai berikut:
1.      Sebagai informasi mengenai pelajaran-pelajaran yang berkaitan dengan pemberian asuhan antenatal care pada ibu hamil guna mengurangi AKI dan AKB.
2.      Menjadi pembelajaran bagi penulis agar lebih baik dalam penulisan-penulisan berikutnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Tanda Bahaya dalam Kehamilan

Kasus kegawatdaruratan obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu, janin serta bayi baru lahir. Empat penyebab utama kematian ibu ialah:
1.      perdarahan
2.      infeksi dan sepsis
3.      hipertensi dan preeklamsi/eklamsia
4.      persalinan macet (distosia)
Persalinan macet hanya terjadi pada saat persalinan berlangsung, sedangkan ketiga penyebab lain dapat terjadi dalam kehamilan, persalinan, dan dalam masa nifas. Berikut ini hanya akan dibahas mengenai tanda-tanda bahaya atau kegawatdaruratan yang terjadi dalam kehamilan.

1.      Tanda-tanda Bahaya dalam Kehamilan Trimester I
a.      Perdarahan Pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada hamil muda dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan. Oleh karena itu, diperlukan analisis dan pemeriksaan yang cermat untuk menentukan penyebabnya.
Berikut ini tanda/gejala yang menyertai perdarahan pervaginam serta kemungkinan diagnosis dapat dilihat pada tabel.

Perdarahan
Servik
Uterus
Gejala/Tanda
Diagnosis
Bercak hingga sedang
tertutup
Sesuai dengan usia gestasi
·  Kram perut bawah
·  Uterus lunak
Abortus Imminens
Sedikit lebih besar dari normal
·   Limbung/pingsan
·   Nyeri perut bawah
·   Nyeri goyang porsio
·   Massa adneksa
·   Cairan bebas intra abdomen
Kehamilan ektopik terganggu
Tertutup/ terbuka
Lebih kecil dari usia gestai
·  Sedikit/tanpa nyeri perut bawah
·  Riwayat eksplusi hasil konsepsi
Abortus komplit
Sedang hingga masif atau banyak
Terbuka
Sesuai usia kehamilan
·  Kram atau nyeri perut bawah
·  Belum terjadi eksplusi hasil konsepsi
Abortus insipiens

·  Kram atau nyeri perut bawah
·  Eksplusi sebagian hasil konsepsi
Abortus inkomplit
Terbuka
Lunak dan lebih besar dari usia gestasi
· Mual/muntah
· Kram perut bawah
· Sindroma mirip pre eklampsi
· Tak ada janin, keluar jaringan seperti anggur
Abortus mola

1)      Perdarahan ringan membutuhkan waktu lebih dari 5 menit untuk membasahi pembalut atau kain bersih
2)      Perdarahan berat membutuhkan waktu kurang dari 5 menit untuk membasahi pembalut atau kain bersih
3)      Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, hasil konsepsi masih di dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Diagnosis abortus imminens ditentukan bila pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules-mules sedikit atau tidak sama sekali, besarnya uterus sesuai dengan usia kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif.
Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit seperti pada saat haid. Hal ini disebabkan oleh penembusan villi koriales ke dalam desidua, pada saat implantasi. Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya merah dan cepat berhenti, tidak disertai mules-mules.
4)      Kehamilan ektopik terganggu
Kehamilan ektopik terjadi bila ovum yang telah dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar kavum uteri. Pada keadaan ini besar kemungkinan terjadi keadaan gawat. Keadaan gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu.
Pada ruptur tuba, nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk dalam keadaan syok.
Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu. Perdarahan yang berasal dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna coklat tua. Pada kehamilan ektopik terganggu ditemukan bahwa usaha menggerakkan serviks uteri menimbulkan rasa nyeri, demikian pula kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.
Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala samar-samar, sehingga sulit membuat diagnosis.
5)      Abortus komplit
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah keluar, ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah mulai mengecil.
Diagnosis dapat dipermudah bila hasil konsepsi yang telah keluar dapat diperiksa apakah sudah keluar semua dengan lengkap. Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan secara khusus, hanya apabila ditemukan anemia perlu diberi sulfas ferrosus (tablet Fe) atau transfusi.
6)      Abortus insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Rasa mules lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.
7)      Abortus inkomplit
Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
Perdarahan yang terjadi pada abortus inkompletus dapat banyak sekali, sehingga dapat menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan. Apabila abortus inkompletus disertai syok karena perdarahan, segera atasi syok segera, setelah keadaan membaik baru dilakukan pengeluaran sisa konsepsi.
8)      Abortus mola
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tanpa janin dan ditemukan jaringan seperti buah anggur. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1 atau 2 sentimeter.
b.      Hiperemesis Gravidarum
Sebagian besar kejadian emesis dan hiperemesis gravidarum berlangsung sejak usia kehamilan 9-10 minggu. Kejadian ini makin berkurang dan selanjutnya diharapkan berakhir pada usia kehamilan 12-14 minggu. Sebagian kecil dapat berlanjut sampai usia kehamilan 20-24 minggu.
Hiperemesis gravidarum. Terjadi sekitar 10-15%. Mual muntah berlebihan dan telah mengganggu aktivitas sehari-hari. Sudah terjadi gangguan elektrolit ketosis, terdapat dehidrasi, dan menurunnya berat badan sebesar 5%. Terdapat berbagai tingkat dan memerlukan hospitalisasi untuk pengobatan psikologis, rehidrasi tambahan cairan. Diperlukan pengobatan medikamentosa khusus.
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis dipakai untuk keperluan energy sehingga pembakaran tubuh beralih pada cadangan lemak dan protein.
Gambaran gejala hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi tiga tingkat berikut ini.
·         Hiperemesis gravidarum grade 1 (tingkat pertama)
ü  Muntah berlangsung terus
ü  Makan berkurang
ü  Berat badan menurun
ü  Kulit dehidrasi sehingga tonusnya lemah
ü  Nyeri di daerah epigastrium
ü  Tekanan darah turun dan nadi meningkat
ü  Lidah kering
ü  Mata tampak cekung
·         Hiperemesis gravidarum grade 2 (tingkat kedua)
ü  Penderita tampak lebih lemah
ü  Gejala dehidrasi makin tampak, mata cekung,  turgor kulit makin kurang, lidah kering dan kotor
ü  Tekanan darah turun, nadi meningkat
ü  Berat badan makin menurun
ü  Mata ikterus
ü  Gejala hemokonsentrasi makin tampak: urine berkurang dan badan aseton dalam urine meningkat
ü  Terjadinya gangguan buang air besar
ü  Mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apatis.
ü  Napas berbau aseton
·         Hiperemesis gravidarum grade 3 (tingkat ketiga)
ü  Muntah berkurang
ü  Keadaan umum ibu hamil makin menurun: tekanan darah turun, nadi meningkat, dan suhu naik; keadaan dehidrasi makin jelas
ü  Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus
ü  Gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sapai koma; komplikasi susunan saraf pusat (ensefalopati wernicke): nistagmus (perubahan arah bola mata), diplopia (gambar tampak ganda), dan perubahan mental.
c.       Anemia
Anemia adalah masalah medis yang umum terjadi pada banyak wanita hamil. Jumlah sel darah merah dalam keadaan rendah, kuantitas dari sel–sel ini tidak memadai untuk memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh bayi.
Anemia sering terjadi pada kehamilan karena volume darah meningkat kira–kira 50% selama kehamilan. Darah terbuat dari cairan dan sel. Cairan tersebut biasanya meningkat lebih cepat daripada sel- selnya. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan hematokrit (volume, jumlah atau persen sel darah merah dalam darah). Penurunan ini dapat mengakibatkan anemia.
Anemia dapat ditangani dengan minum tablet zat besi dan istirahat cukup.
Komplikasi anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh langsung terhadap janin sedangkan komplikasi pada kehamilan trimester I yaitu anemia dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan kongenital, abortus/ keguguran.

2.      Tanda  Bahaya dalam Kehamilan Trimester II
a.      Hipertensi Gravidarum
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan meliputi:
a.       Hipertensi kronik (tanpa proteinuria dan edema)
b.      Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia ringan
c.       Hipertensi dalam kehamilan
d.      Preeklampsia ringan
e.       Preeklampsia berat
f.       Eklampsia

Penjelasan tentang Hipertensi dalam kehamilan dapat dilihat pada tabel berikut.

Gejala dan tanda yang selalu ada
Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada
Diagnosis kemungkinan
Tekanan diastolic > 90 mmHg pada kehamilan < 20 minggu

Hipertensi kronik
·         Tekanan diastolic 90 – 110 mmHg pada kehamilan < 20 minggu
·         Proteinuria < ++

Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia ringan
·         Tekanan diastolic 90 – 110 mmHg (2 pengukuran berjarak 4 jam) pada kehamilan > 20 minggu
·         Proteinuria -

Hipertensi dalam kehamilan
·         Tekanan diastolic 90 – 110 mmHg (2 pengukuran berjarak 4 jam) pada kehamilan > 20 minggu
·         Proteinuria ++

Preeclampsia ringan
·         Tekanan diastolic 110 mmHg pada kehamilan > 20 minggu
·         Proteinuria +++
·         Nyeri kepala (tidak hilang dengan analgetika biasa)
·         Penglihatan kabur
·         Oliguria (< 400ml/24 jam)
·         Nyeri abdomen atas (epigastrium)
·         Edema paru
Preeclampsia berat
·         Kejang
·         Tekanan diastolic 90 mmHg pada kehamilan > 20 minggu
·         Proteinuria ++
·         Koma
·         Sama seperti preeklampsia berat
Eklampsia


b.      Nyeri Perut Bagian Bawah
Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang kemungkinan merupakan gejala utama pada kehamilan ektopik atau abortus, dapat juga disebabkan oleh sebab lain.
Nyeri perut bagian bawah dapat ditemukan pada Apendisitis, Peritonitis, Kista ovarium, Sistitis, Pielonefritis akut, Peritonitis. Pada keadaan-keadaan tersebut, nyeri perut mungkin disertai dengan berbagai gejala dan tanda, seperti di bawah ini.
a.  Kista ovarium
+ Nyeri perut
+ Tumor adneksa pada periksa dalam
+ Massa tumor di perut bawah
+ Perdarahan vaginal ringan
b.  Apendisitis
+ Nyeri perut bawah
+ Demam
+ Nyeri lepas
+ Perut membengkak
+ Anoreksia
+ Mual/muntah
+ Ileus paralitik
+ Lekositosis
c.  Sistitis
+ Disuria
+ Sering berkemih
+ Nyeri perut
+ Nyeri retro/suprapubik
d.  Pielonefritis akut
+ Disuria
+ Demam tinggi/menggigil
+ Sering berkemih
+ Nyeri perut
+ Nyeri retro/suprapubik
+ Nyeri pinggang
+ Sakit di dada
+ Anoreksia
+ Mual/muntah
e.  Peritonitis
+ Demam
+ Nyeri perut bawah
+ Bising usus (-)
+ Nyeri lepas
+ Perut kembung
+ Anoreksia
+ Mual/muntah
+ Syok

c.       Perdarahan pervaginam
Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan disebut sebagai perdarahan pada kehamilan lanjut atau perdarahan antepartum.
Bila menjumpai klien dengan perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu (perdarahan antepartum),jangan melakukan periksa dalam vagina (PD).

Gejala dan tanda utama
Faktor predisposisi
Penyulit lain
Diagnosis
·         Perdarahan tanpa nyeri, usia gestasi >22 minggu
·         Darah segar atau kehitaman dengan bekuan
·         Perdarahan dapat terjadi setelah miksi atau defekasi, aktivitas fisik, kontraksi Braxton Hicks atau koitus
Grande multipare
·         Syok
·         Perdarahan setelah koitus
·         Tidak ada kontraksi uterus
·         Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul
·         Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin
Plasenta previa
·         Perdarahan dengan nyeri intermiten atau menetap
·         Warna darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin ada bekuan jika solusio relatif baru
·         Jika ostium terbuka, terjadi perdarahan berwarna merah segar.
·         Hipertensi
·         Versi luar
·         Trauma abdomen
·         Polihidramnion
·         Gemelli
·         Defisiensi gizi
·         Syok yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar (tipe tersembunyi)
·         Anemia berat
·         Melemah atau hilangnya gerakan janin
·         Gawat janin atau hilangnya denyut jantung janin
·         Uterus tegang dan nyeri
Solusio plasenta

1)      Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir. Biasanya terjadi pada trimester ketiga, walaupun dapat pula terjadi setiap saat dalam kehamilan. Plasenta dapat lepas sebagian atau seluruhnya. Bila plasenta yang terlepas seluruhnya disebut solusio plasenta totalis, bila hanya sebagian disebut solusio plasenta parsialis, atau bisa juga hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang lepas sering disebut rupture sinus marginalis.
Perdarahan yang terjadi karena lepasnya plasenta ini dapat mengalir ke luar yaitu pada solusio plasenta dengan perdarahan keluar. Sedangkan pada solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, perdarahan tersembunyi di belakang plasenta. Dapat pula terjadi keduaduanyaatau perdarahannya menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban.

2)      Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak pada
bagian atas uterus.
Plasenta dapat menutupi seluruh pembukaan jalan lahir yang disebut plasenta previa totalis, apabila hanya sebagian jalan lahir yang tertutup jaringan plasenta maka disebut plasenta previa parsialis. Sedangkan apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan disebut plasenta previa marginalis.
Penyebab utama pada perdarahan antepartum adalah solusio plasenta dan plasenta previa. Selain kedua penyebab utama tersebut, perdarahan pada kehamilan lanjut dapat juga disebabkan oleh hal lain. Misalnya rupture uteri atau gangguan pembekuan darah.

Gejala dan tanda utama
Faktor predisposisi
Penyulit lain
Diagnosis
·         Perdarahan intra abdominal dan atau vaginal
·         Nyeri hebat sebelum perdarahan dan syok, yang kemudian hilang setelah terjadi regangan hebat pada perut bawah (kondisi ini tidak khas)
·         Riwayat seksio sesarea
·         Partus lama atau kasep
·         Disproporsi kepala / fetopelvik
·         Kelainan letak/presentasi
·         Persalianan traumatik
·         Syok atau takhikardia
·         Adanya cairan bebas intraabdominal
·         Hilangnya gerak dan denyut jantung janin
·         Bentuk uterus abnormal atau konturnya tidak jelas
·         Nyeri raba/tekan dinding perut dan bagian-bagian janin mudah dipalpasi
Ruptura uteri
·         Perdarahan berwarna merah sega
·         Uji pembekuan darah tidak menunjukkan adanya bekuan darah setelah 7 menit
·         Rendahnya factor pembekuan darah, fibrinogen, trombosit, fragmentasi sel darah merah
·         Solusio plasenta
·         Janin mati dalam rahim
·         Eklampsia
·         Emboli air ketuban
·         Perdarahan gusi
·         Gambaran memar bawah kulit
·         Perdarahan dari tempat suntikan dan jarum infus
Gangguan pembekuan darah

3.      Tanda Bahaya dalam Kehamilan Trimester III
a.      Sakit Kepala yang Hebat, Penglihatan Kabur, Bengkak di Wajah dan Jari-jari Tangan
Sakit kepala, penglihatan kabur, bengak di wajah dan jari tangan sering berhubungan dengan preeklampsia dan eklampsia. Gejala dan tanda tersebut disertai dengan kejang serta kehilangan kesadaran. Keadaan lain yang dapat menyebabkan kejang antara lain epilepsi, malaria, trauma kepala, meningitis, ensefalitis. Nyeri kepala dan penglihatan kabur serta muntah dapat terjadi pada migrain.
b.      Keluar Cairan Pervaginam
Pengeluaran cairan pervaginam pada kehamilan lanjut merupakan kemungkinan mulainya persalinan lebih awal. Bila pengeluaran berupa mucus bercampur darah (blood show) dan mungkin disertai mules, kemungkinan persalinan akan dimulai lebih awal. Bila pengeluaran berupa cairan, perlu diwaspadai terjadinya ketuban pecah dini (KPD). Untuk menegakkan diagnosis KPD perlu diperiksa apakah cairan yang keluar tersebut adalah cairan ketuban. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan speculum untuk melihat dari mana asal cairan, kemudian pemeriksaan reaksi pH basa.
c.       Gerakan Janin Tidak Teraba
Apabila ibu hamil tidak merasakan gerakan janin sesudah usia kehamilan 22 minggu atau selama persalinan, maka perlu waspada terhadap kemungkinan gawat janin atau bahkan kematian janin dalam
uterus.
Gerakan janin berkurang atau bahkan hilang dapat juga terjadi pada solusio plasenta dan rupture uteri.
Menurut Sadovsky (1979), jumlah rata-rata pergerakan fetus perminggu adalah 50 sampai 950 gerakan . Variasi hariannya yang paling rendah adalah 4 – 10 per 12 jam pada kehamilan normal.

Gejala dan tanda yang selalu ada
Gejala dan tanda yang kadang ada
Diagnosis kemungkinan
·         Gerakan janin berkurang atau hilang
·         Nyeri perut hilang timbul atau menetap
·         Perdarahan pervaginam sesudah 22 minggu
·         Syok
·         Uterus tegang/kaku
·         Gawat janin atau DJ tidak terdengar
Solusio plasenta
·         Gerakan janin dan DJJ tidak ada
·         Perdarahan
·         Nyeri perut hebat
·         Syok
·         Perut kembung/cairan bebas intra abdominal
·         Kontur uterus abnormal
·         Abdomen nyeri
·         Bagian-bagian janin teraba
·         Denyut nadi ibu cepat
Ruptura uteri
·         Gerakan janin berkurang atau hilang
·         DJJ abnormal (<100/menit atau >180/menit)
Cairan ketuban bercampur
mekonium

Gawat Janin
Gerakan janin/DJJ hilang
·         Tanda-tanda kehamilan berhenti
·         Tinggi fundus uteri berkurang
·         Pembesaran uterus berkurang
Kematian janin


d.      Nyeri Perut Yang Hebat
Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa nyeri perut kemungkinan merupakan tanda kemungkinan Persalinan preterm, Rupture uteri, Solusio plasenta. Nyeri perut hebat dapat terjadi pada rupture uteri (nyeri dapat berkurang setelah rupture terjadi) disertai dengan syok, perdarahan intraabdomen dan atau pervaginam, kontur uterus yang abnormal, serta gawat janin atau DJJ tidak ada.
e.       Ditambahkan Semua Kemungkinan pada Kehamilan Trimester ke-2




B. Infeksi HIV dan AIDS dalam Kehamilan
Sejak ditemukannya infeksi human immunodeficiency virus (HIV) pada tahun 1982, penelitian semakin banyak dilakukan dan ternyata hasilnya sangat mengejutkan dunia. Terdapat sekitar lima Janis HIV dengan bentuk infeksi terakhir disebut AIDS (acquired immunodeficiency syndrome), yaitu kondisi hilangnya kekebalan tubuh sehingga member kesempatan berkembangnya barbagai bentuk infeksi dan keganasan, kemunduran kemampuan intelektual, dan penyakit lainnya. Dengan hilangnya semua kekebalan tubuh manusia pada AIDS, tubuh seolah-olah menjadi tempat pembenihan bakteri, protozoa, jamur, serta terjadi degenerasi ganas.
Penelitian telah dilakukan sejak HIV pertama kali ditemukan, tetapi sampai saat ini obatnya belum ditemukan sehingga bila terinfeksi virus HIV berarti sudah menuju kematian. Obat yang tersedia sekadar untuk mempertahankan atau memperpanjang usia, bukan untuk membunuh virus HIV.

1. Biologi Virus HIV
Virus HIV tergolong retrovirus, yang merupakan standar RNA, tunggal terbungkus. Bila memasuki tubuh, virus akan melekat pada reseptor CD4 sel terinfeksi. Kemudian virus mempergunakan enzim reverse transcriptase, yang mampu membentuk standar DNA ganda. Standar DNA ganda ini mampu masuk sirkulasi sel menuju intinya dan bersatu dengan DNA inti sel yang asli. DNA virus dapat membentuk RNA yang terinfeksi dan RNA yang akan membawa tanda (berita) sehingga dapat membentuk protein.
Pertumbuhan virus HIV terbatas pada limfosit, monosit, makrofag, dan sumber pembentuk sumsum tulang tertentu. Secara intraseluler, virus dapat memecah diri sehingga setelah selnya hancur dapat dikeluarkan virus HIV baru yang akan menyerang sel lainnya. Bentuk virus HIV selalu berubah-ubah, sesuai dengan sel yang diserangnya sehingga sulit untuk membuat antibody atau antigen agar mampu membuat vaksinnya. Oleh karena itu, obatnya masih sulit untuk dibuat sampai saat ini.

2. Faktor Risiko Infeksi HIV
Semula diperkirakan faktor risiko infeksi HIV hanya homoseksual dan pengguna narkoba yang menggunakan suntikan terinfeksi, tetapi jumlahnya semakin besar. Di Amerika Serikat saja telah dijumpai masyarakat yang terinfeksi sekitar 1,5-2 juta orang. Keadaan ini tidak menjamin data seluruhnya. Ada kemungkinan populasi sesungguhnya yang terinfeksi menunjukkan fenomena gunung es, yang jumlah nyatanya jauh lebih besar dari data yang ada.
Infeksi HIV terutama menyerang sel T limfosit dan sistem saraf pusat. Bagaimana cara masuknya ke dalam sel telah digambarkan, mulai dengan ikatan reseptornya pada sel limfosit dan diikuti rusaknya inti kemudian memecahkan dirinya menjadi beberapa virus HIV. Secara berantai, virus HIV kembali akan menyerang sel limfosit atau CD4 sehingga akhirnya terjadi penurunan daya tahan tubuh secara menyeluruh dan disebut acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).
Serangan virus HIV terhadap sistem saraf pusat menyebabkan terjadi demensia pada individu dengan usia relative muda. Peralihan dari infeksi primer dengan gejala panas tubuh meningkat, terjadi ruam kulit, pembesaran kelenjar limfe, dan diikuti bebas gejala yang waktu berlangsungnya bervariasi. Infeksi menimbulkan gejala klinis yang lebih nyata, seperti suhu tubuh tinggi, penurunan daya tahan tubuh, gangguan intelektual, dan kesadaran sehingga terjadi gangguan fungsi sistem saraf pusat. Penurunan daya tahan tubuh menyebabkan sangat mudah terinfeksi karena tubuh tidak mampu mempertahankan diri dari stressor luar.

3. Efek Infeksi HIV Terhadap Kehamilan
Meskipun penelitian yang lebih awal menunjukkan bahwa perempuan dengan HIV positif mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan hasil akhir yang tidak menguntungkan, namun pada saat ini semakin terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa infeksi HIV saja tidak memberikan efek negatif yang berarti pada hasil akhir kehamilan, khususnya apabila infeksi tersebut dalam stadium asimtomatik. Lebih lanjut, percepatan proses perjalanan penyakit HIV selama kehamilan jarang dijumpai dan dapat disebabkan oleh faktor lain yang berkaitan dengan masalah yang kompleks pada perempuan yang memiliki kemungkinan paling besar untuk terinfeksi HIV seperti pengguna obat bius IV dan jalan masuk ke perawatan antenatal yang tidak memadai.
Infeksi primer umumnya disertai dengan ledakan viremia  dengan atau tanpa sindroma HIV akut; keadaan yang terakhir ini terjadi pada lebih kurang 50 hingga 70 persen individu sesudah mengalami infeksi pendahuluan. Efek ledakan viremia ini terhadap kehamilan sendiri masih belum jelas dan demikian juga peluang janin untuk terinfeksi selama kehamilan, jika ibu yang sebelumnya sudah terinfeksi kemudian mengalami infeksi primer selama kehamilan.

4. Perawatan Kehamilan untuk Ibu Hamil dengan HIV/AIDS
Wanita dengan HIV/AIDS yang hamil harus diberikan penyuluhan tentang kehamilannya, baik berupa penghentian atau kelanjutan kehamilan karena adanyaa risiko transmisi vertikal HIV/AIDS dari ibu ke bayi sebesar 25-45%. Pada wanita hamil, diperlukan pemeriksaan awal pada kunjungan pertama meliputi antibodi toksoplasmosis dan virus sitomegalo, tes Mantoux, kultur serviks untuk mengetahui adanya Neisseria gonorrhea dan Chlamydia trachomatis, HBsAg, VDRL, antigen kriptokokus, pemeriksaan CD4 setiap 3 bulan (setiap bulan jika <300 mm3) untuk menentukan apakah pasien perlu diberikan profilaksis terhadap Pneumocystis carinii atau Zidovudine. Pengobatan wanita hamil HIV tidak berbeda dengan wanita tidak hamil karena terapi ARV hanya sangat sedikit memiliki kemampuan mengganggu janin (Richard, et al., 1997).

5. Penularan HIV Kepada Janin
Angka penularan HIV dari ibu kepada janin rata-rata berkisar sekitar 30 persen dengan kisaran sebesar 13 persen dalam sebuah penelitian bersama di Eropa hingga 45 persen di Afrika tengah. Angka penularan yang lebih tinggi  pernah menyertai stadium simptomatik pada ibu dan dengan hitung limfosit TCD4+ yang rendah. Meskipun infeksi pada janin dapat terjadi selama kehamilan, penularan maternal diperkirakan paling sering ditemukan pada periode perinatal. Walaupun begitu, seksio sesaria kini tidak dianjurkan lagi untuk mengatasi hal tersebut kecuali bila ada indikasi obstetrik yang lain untuk melakukan pembedahan ini. Penularan pascanatal dari ibu kepada bayinya pernah dilaporkan, dan kolostrum serta air susu ibu turut terlibat di dalam proses penularan ini. Jika mungkin, pemberian ASI oleh ibu yang terinfeksi HIV harus dihindari.
Menurut Depkes RI (2003), WHO mencanangkan empat strategi untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi dan anak, yaitu dengan mencegah jangan sampai wanita terinfeksi HIV/AIDS, apabila sudah dengan HIV/AIDS dicegah supaya tidak hamil, apabila sudah hamil dilakukan pencegahan supaya tidak menular pada bayi dan anaknya, namun bila ibu dan anak sudah terinfeksi maka sebaiknya diberikan dukungan dan perawatan bagi ODHA dan keluarganya.
Penularan HIV dari ibu ke bayi bisa dicegah melalui empat cara, mulai saat hamil, saat melahirkan, dan setelah lahir yaitu: penggunaan antiretroviral selama kehamilan, penggunaan antiretroviral saat persalinan dan bayi yang baru dilahirkan, penanganan obstetrik selama persalinan, penataaksanaan selama menyusui. Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load rendah sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV. Obat yang bisa dipilih untuk negara berkembang adalah Neviapine, pada ibu saat persalinan diberikan 200 mg dosis tunggal, sedangkan pada bayi bisa diberikan 2 mg/kg BB 72 jam pertama setelah lahir dosis tunggal. Obat lain yang bisa dipilih adalah AZT yang diberikan mulai kehamilan 36 minggu 2 x 300 mg/hari dan 300 mg setiap jam selama persalinan berlangsung (Depkes RI, 2003)
Persalinan sebaiknya dipilih dengan metode sectio caesaria karena terbukti mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke bayi sampai 80%. Bila bedah caesar selektif disertai penggunaan terapi antiretroviral, maka risiko dapat diturunkan sampai 87%. Walaupun demikian bedah Caesar juga mempunyai risiko karena imunitas ibu yang rendah sehingga bisa terjadi keterlambatan penyembuhan luka, bahkan bisa terjadi kematian saat operasi. Oleh karena itu persalinan per vagina atau sectio caesaria harus dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan faktor lain. Bila persalinan per vagina yang dipilih, tindakan invasive seperti episiotomy rutin, ekstraksi vakum, ekstrakksi cunam, memecahkan ketuban sebelum pembukaan lengkap, terlalu sering melakukan periksa dalam, serta memantau analisa gas darah dengan mengambil sampel dari kulit kepala janin selama persalinan harus dihindari karena meningkatkan risiko penularan HIV dari ibu ke janin (Depkes RI, 2003).

6. Pemeriksaan Infeksi HIV
Pemeriksaan serologis infeksi HIV sangat sensitif, yaitu dengan pemeriksaan ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) atau dengan pemeriksaan lainnya Western Blot atau immunofluorescence assay.
Antibodi yang ditimbulkan oleh infeksi HIV terjadi sejak infeksi berusia 2-3 bulan. Antibodi ini dapat masuk melalui plasenta menuju janin. Infeksi langsung pada janin mulai terjadi sejak usia 13 minggu dengan mekanisme yang tidak diketahui. Infeksi ini disebut sebagai infeksi vertikal karena berlangsung semasih intrauterine. Cara infeksi lainnya pada bayi adalah saat pertolongan persalinan karena melalui jalan lahir dengan cairannya yang penuh dengan virus HIV.
Dengan demikian, dapat dibayangkan bahwa petugas yang seharusnya menolong masyarakat, tidak lepas dari kemungkinan terinfeksi secara tidak sengaja melalui kontak luka kulit terbuka.
Infeksi virus HIV intrauterine dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan bayi sekitar 75%, terutama mikrosefalia sekitar 70%. Keadaan abnormal lainnya adalah hipertelorisme okular serta bentuk kepala prominen seperti segi empat, pangkal hidung datar, dan filtrum prominen.
Selain itu, kematian intrauterine disebabkan oleh beratnya kelainan kongenital yang terjadi.

7.      Klasifikasi Diagnosis Bayi dan Anak dengan HIV Menurut CDC dan WHO
Bayi berusia lebih dari 18 bulan dapat didiagnosis dengan menggunakan kombinasi antara gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. Anak dengan HIV sering mengalami infeksi bakteri kumat-kumatan, gagal tumbuh atau wasting, limfadenopati menetap, keterlambatan berkembang, sariawan pada mulut dan faring. Bayi usia 18 bulan bisa didiagnosis dengan ELISA dan konfirmasi lain seperti pada dewasa. Terdapat dua klasifikasi yang bisa untuk mendiagnosis bayi dan anak dengan HIV yaitu menurut CDC dan WHO.
CDC mengembangkan klasifikasi HIV pada bayi dan anak berdasarkan hitung limfosit CD4+ dan manifestasi klinis penyakit. Pasien dikategorikan berdasarkan derajat imunosupresi (1, 2, atau 3) dan kategori klinis (N, A, B, C, E). Klasifikasi ini memungkinkan adanya surveilans serta perawatan pasien yang lebih baik. Klasifikasi klinis dan imunologis ini bersifat eksklusif, sekali pasien diklasifikasikan dalam suatu kategori, maka klasifikasi ini tidak berubah meskipun terjadi perbaikan status karena pemberian terapi atau faktor lain.
WHO mengembangkan diagnosis HIV hanya berdasarkan penyakit klinis dengan mengelompokkan tanda dan gejala dalam criteria mayor dan minor. Seorang anak yang memiliki 2 gejala mayor dan 2 gejala minor bisa didiagnosis HIV meskipun tanpa pemeriksaan ELISA atau tes laboratorium lain.

8.      Upaya Preventif
               Seperti diketahui bahwa penularan infeksi virus HIV dapat melalui tiga cara , yaitu penularan langsung melalui perlukaan kulit termasuk mempergunakan jarum suntikan, hubungan seksual, dan penularan perinatal.
Oleh karena itu, upaya untuk menghindari infeksi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.       Perlukaan langsung melalui perlukaan kulit. Cara menghindari infeksi adalah dengan mempertahankan kulit tetap utuh saat petugas melakukan tindakan pertolongan, tidak menggunakan jarum secara bersama-sama, melainkan menggunakan jarum sekali pakai. Petugas kesehatan perlu menerapkan kewaspadaan universal dan menggunakan darah serta produk darah yang bebas dari HIV untuk pasien (Nursalam, 2005)
b.      Hubungan seksual. Menurut penelitian, kondom sangat efektif untuk menghindari infeksi melalui hubungan seksual karena virus tidak dapat menembus porinya. Kondom dengan spermisida lebih efektif karena spermisida dapat menonaktifkan virus HIV.
c.       Penularan perinatal. Penularan perinatal adalah penularan pada anak yang mungkin berlangsung dalam dua bentuk:
1)      Vertikal melalui infeksi plasenta yang terus ke janin sekitar minggu ke-13;
2)      Infeksi saat persalinan, melalui kulit bayi yang masih halus.
Upaya preventif penularan bayi dapat dilakukan dengan seksio sesaria, tetapi tindakan ini tidak menjamin.

9.      Pengobatan Infeksi Virus HIV
Sampai saat ini, pengobatan yang tepat untuk menghindari atau menyembuhkan HIV dan AIDS tidak dijumpai atau masih dalam percobaan. Obat yang masih dalam percobaan adalah Azidothymidine (AZT) yang kerjanya untuk menghambat aktivitas reverse transcriptase sehingga dapat menghambat duplikasi virus intraseluler. Hasilnya masih belum dapat dipastikan untuk penyembuhan dan pengobatan misal. Selain itu, belum didapatkan data yang akurat tentang bagaimana pengaruh AZT terhadap penularan virus HIV ke janin.
Di Indonesia, infeksi virus HIV telah banyak berjangkit, terutama akibat hubungan seksual yang makin bebas dan enggan mempergunakan kondom untuk preventifnya. Daerah-daerah potensial untuk infeksi firrus HIV adalah kota besar yang tidak mungkin hidup tanpa tersedianya call girl. Kini, Indonesia telah masuk tahap kelima infeksi virus HIV. Ibu rumah tangga telah terinfeksi akibat tertular virus yang dibawa oleh suaminya yang melakukan seks bebas atau tertular dari pria yang bukan suaminya saat melakukan hubungan seks dengannya.

10.  Sikap dan Pertolongan Persalinan
Seperti diketahui bahwa seluruh cairan tubuh yang terinfeksi virus HIV, penuh dengan virus yang siap untuk ditularkan. Petugas kesehatan sangat mungkin tertular bila kulit mereka luka dan kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi HIV.
Oleh karena itu, upaya untuk menjaga diri dan menghindari infeksi adalah sebagai berikut:
a.       Memerhatikan diri agar tidak kontak dengan cairan yang terinfeksi melalui luka kulit.
b.      Menghindari terjadi luka.
c.       Memakai sarung tangan dan baju operasi lengkap terutama melindungi mata sehingga terhindar dari sentuhan cairan penderita.
d.      Tempat pertolongan persalinan harus teriosolasi sehingga mudah melakukan desinfeksi. Bila memungkinkan, pergunakan alat-alat disposabel (sekali pakai) sehingga tidak mengontaminasi alat lainnya.
e.       Penderita pun harus diisolasi dan diawasi dengan ketat dan pemberian informasi tentang alasan tindakan tersebut harus dilakukan.
Pada prinsipnya, tenaga medis harus mendapatkan perlindungan atau melindungi dirinya sendiri dari infeksi virus HIV yang mematikan itu.

11.  Nutrisi Pada Wanita HIV/AIDS yang Hamil dan Menyusui
Kehamilan memerlukan lebih banyak nutrisi untuk ibu dan bayi, kekurangan nutrisi menyebabkan wanita hamil rentan terhadap infeksi. Pada saat hamil, asupan gizi ditingkatkan: 300 kalori dan 10 gram protein sehari. Sebaiknya berat badan meningkat 25-35 pon selama hamil. 5 pon pada trimester pertama, 10-15 pon pada trimester kedua, dan 15 pon pada trimester ketiga. Asupan vitamin ekstra, mineral, ion, cairan, serat juga diperlukan. Menghindari kopi, the, coklat, alcohol, dan minuman bersoda seperti Coca Cola, Pepsi,dan sebagainya. Wanita menyusui juga memerlukan lebih banyak asupan makanan.


C.    Pemberian Nutrisi, Imunisasi TT, Zat Besi, Asam Folat, dan Kalsium Pada Ibu Hamil
Tujuan pengaturan gizi pada kehamilan adalah untuk memaksimalkan kesehatan ibu dan meningkatkan tumbuh kembang bayi yang sehat. Kita tidak dapat menjamin bahwa pengaturan gizi yang optimal akan memberikan hasil akhir yang positif, tetapi keadaan malnutrisi dapat membawa akibat yang merugikan kesehatan dan tumbuh kembang janin (Eastwood, 1992). Berat badan lahir rendah dan penyakit yang terjadi pada usia yang lebih lanjut sangat berkaitan dengan keadaan kurang gizi yang diderita ibu hamil (Barker et al,1990). Di Inggris, peningkatan asupan zat besi, zink, protein, dan vitamin B pada kehamilan selama trimester ketiga terbukti bermanfaat bagi para ibu hamil yang memeriksakan diri mereka ke rumah sakit pendidikan di London (Haste el al,1991). Pada banyak ibu hamil, asupan vitamin C-nya mungkin pula di bawah standar optimal (Coutts, 2000). Pada masyarakat yang kurang mampu diperlukan suplemen kalori, protein, zat besi, asam folat, vitamin A, dan mungkin pula magnesium, zink serta kalsium untuk mencapai kondisi kesehatan yang optimal pada ibu dan anak (Liljestrand, 1999;Makrides & Crowther, 2000).
Penting untuk diperhatikan bahwa pemberian mikronutrien yang berlebihan terbukti juga dapat berbahaya. Sebagai contoh, pemberian vitamin A yang melebihi takaran harian 10.000 IU ternyata meningkatkan insidens malformasi, khususnya labioskiziz, cacat jantung, dan malformasi sistem saraf pusat (Rothman et al, 1995).
Lingkungan terbaik yang mungkin mendukung tumbuh kembang  janin dan pertumbuhannya dikemusian hari adalah lingkungan dimana ibu berada dalam kondisi yang sehat, memiliki kebiasaan makan yang bijaksana dan memulai kehamilannya dengan simpanan nutrien yang adekuat didalam tubuhnya.

1.      Pemberian Nutrisi Ibu Hamil
Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Kebutuhan gizi ibu hamil akan meningkat 15 % dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mammae), volume darah, plasenta, air ketuban, dan pertumbuhan janin. Makanan dikonsumsi ibu hamil 40 % digunakan untuk pertumbuhan janin dan sisanya (60 %) digunakan untuk pertumbuhan ibunya.
Secara normal kenaikan berat badan ibu hamil 11-13 kg. Hal ini terjadi karena kebutuhan asupan makanan ibu hamil meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil berguna untuk:
- Pertumbuhan dan perkembangan janin
- Mengganti sel-sel tubuh yang rusak
- Sumber tenaga
- Mengatur suhu tubuh dan
- Cadangan makanan
Beberapa hal harus diperhatikan ibu hamil untuk menjalani proses kehamilan yang sehat, antara lain:
- Konsumsilah makanan dengan porsi yang cukup dan teratur
- Hindari makanan yang terlalu asin dan pedas
- Hindari makanan yang mengandung lemak cukup tinggi
- Hindari makanan dan minuman yang mengandung alkohol
- Hindari makanan yang mengandung bahan pengawet dan zat pewarna
- Hindari merokok
Hal penting yang harus diperhatikan ibu hamil adalah makanan yang dikonsumsi terdiri dari susunan menu yang seimbang yaitu menu yang mengandung unsur-unsur sumber tenaga, pembangun, pengatur dan pelindung.
·         Sumber Tenaga (Sumber Energi)
Ibu hamil membutuhkan tambahan energi sebesar 300 kalori perhari sekitar 15 % lebih banyak dari normalnya yaitu 2.800 sampai 3000 kalori dalam sehari. Sumber energi dapat diperoleh dari karbohidrat dan lemak.
·         Sumber Pembangun
Sumber zat pembangun dapat diperoleh dari protein. Kebutuhan protein yang dianjurkan sekitar 800 gram/hari. Dari jumlah tersebut sekitar 70 % dipakai untuk kebutuhan janin dan kandungan. Protein dibutuhkan untuk membentuk plasenta, menambah jaringan tubuh ibu (seperti rahim dan payudara), dan menambah unsur-unsur cairan darah, terutama haemoglobin dan plasma. Selain itu, protein dibutuhkan pula untuk membentuk cairan ketuban.
·         Sumber Pengatur dan Pelindung
Sumber zat pengatur dan pelindung dapat diperoleh dari air, vitamin dan mineral. Sumber ini dibutuhkan tubuh untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran proses metabolism tubuh.sumber zat pengatur dan pelindung dapat diperoleh dari berbagai jenis sayuran dan buah-buahan segar.
Dalam masa kehamilan dibagi menjadi tiga bagian yaitu trimester pertama,  trimester tengah atau kedua, kemudian trimester ketiga. Dalam setiap trimester memiliki pertumbuhan janin yang berbeda sehingga nutrisi yang dibutuhkan berbeda.
Berikut adalah kebutuhan nutrisi yang harus dipenuhi sesuai dengan trimester kehamilan:
a.      Kebutuhan Nutrisi Trimester Pertama (0-14 Minggu)
Umumnya nafsu makan ibu berkurang, sering timbul rasa mual dan muntah. Pada kondisi ini, ibu harus tetap berusaha untuk makan agar janin tumbuh baik. Makanlah makanan dengan porsi kecil tapi sering, seperti sup, susu, telur, biskuit, buah-buahan segar dan jus.
Pada usia kehamilan 1-12 minggu ini, calon ibu diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kalori yang mencapai 200 kilo kalori (kkal) per hari. Pasalnya, di masa ini janin berkembang pesat sehingga butuh kecukupan energi. Calon ibu disarankan mengonsumsi sumber karbohidrat seperti nasi, roti, mie, pasta, ditambah dengan daging, ikan, sayuran, buah, serta susu dan produk olahannya.
Umumnya memasuki minggu kelima, calon ibu mengalami morning sickness berupa mual dan muntah. Agar kebutuhan asupan makanan bergizi tetap pernuhi, pastikan mengonsumsi makanan dengan porsi yang sedikit tapi sering. Selain itu, sajikan makanan dengan kondisi hangat dan segar.
Selanjutnya, pada minggu ke-7 kebutuhan kalsium perlu diperhatikan demi menunjang pembentukan tulang kerangka tubuh janin yang sedang berlangsung. Asupan kalsium yang dibutuhkan sebanyak 1000 miligram per hari bisa diperoleh dari keju, yoghurt dan susu.
Selain itu, penuhi kebutuhan asam folat sebanyak 0,6 miligram per hari yang bisa didapat dari telur, brokoli, hati, produk whole grain, jeruk untuk pembentukan jaringan tubuh janin, penyerapan zat besi, dan mencegah preeklampsia. Kemudian, perbanyak protein untuk mendapat asam amino bagi pembentukan otak janin, serta kolin dan DHA untuk membentuk sel otak baru. Sumber kolin di antaranya roti gandum, telur, daging sapi, kacang-kacangan dan susu, sedangkan sumber DHA seperti ikan, kuning telur, daging serta produk unggas.
Calon ibu juga perlu mencukupi kebutuhan vitamin seperti vitamin A, B1, B2, B3, dan B6, untuk membantu proses tumbuh-kembang janin, vitamin B12 untuk membentuk sel darah baru, vitamin C untuk penyerapan zat besi, vitamin D untuk pembentukan tulang dan gigi, dan vitamin E untuk metabolisme. Begitu pula kebutuhan zat besi untuk memproduksi sel darah merah.
b.      Kebutuhan Nutrisi Trimester Kedua (14-28 Minggu)
Nafsu makan sudah pulih kembali kebutuhan makan harus lebih banyak dari biasanya meliputi zat sumber tenaga, pembangun, pelindung dan pengatur. Hal ini untuk kebutuhan janin.
Pada usia kehamilan minggu ke 14-28 ini, kebutuhan gizi semakin meningkat seiring banyaknya kemajuan dan perkembangan janin dan calon ibu. Pada usia ini, diharapkan calon ibu menambah asupan sekitar 300 kalori per hari untuk tambahan energi yang dibutuhkan untuk tumbuh-kembang janin. Upayakan mengonsumsi camilan yang sehat 3-4 kali sehari dengan porsi sedang. Hindari kafein, misalnya kopi, karena dapat mengganggu perkembangan sistem saraf pusat janin yang sedang berkembang.
Pada minggu ke-17, umumnya calon ibu mengalami sembelit. Cegah hal ini denagn makan sayur dan buah. Begitu juga pastikan minum  setidaknya 8 gelas per hari untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh yang meningkat. Di masa ini, jantung jantung dan sistem peredaran darah janin sedang berkembang sehingga pastikan asupan zat besi dan vitamin C untuk mengoptimalkan pembentukan sel darah merah baru. Caranya dengan mengonsumsi kuning telur, ayam, daging, bayam dan lainnya.
Hindari risiko kaki bengkak serta tekanan darah tinggi dengan membatasi konsumsi garam. Pada minggu ke-23 pembentukkan otak  meningkat sehingga tak salah bila calon ibu mengonsumsi seafood untuk memenuhi asupan asam lemak omega-3.
c.       Kebutuhan Nutrisi Trimester Ketiga (28-40 Minggu)
Nafsu makan sangat baik, tetapi jangan kelebihan, kurangi karbohidrat, tingkatkan protein, sayur-sayuran dan buah-buahan, lemak harus tetap dikonsumsi. Selain itu kurangi makanan terlalu manis (seperti gula) dan terlalu asin (seperti garam, ikan asin, telur asin, tauco dan kecap asin) karena makanan tersebut akan memberikan kecenderungan janin tumbuh besar dan merangsang timbulnya keracunan saat kehamilan.
Calon ibu perlu mendapat energi yang mencukupi terutama untuk persiapan melahirkan. Asupan nutrisi berkualitas akan menjamin ibu tak mengalami kekurangan gizi. Pastikan kebutuhan kalori terpenuhi dengan konsumsi karbohidrat dan lemak yang memadai. Misalnya, karbohidrat didapat dari serelia (padi-padian) dan produk olahannya, kentang, gula, kacang-kacangan, biji-bijian dan susu. Lemak didapat dari mentega, susu, telur, daging berlemak, alpukat dan minyak nabati.

Tabel: Perbedaan Kebutuhan Gizi antara Ibu Hamil dan Tidak Hamil

Zat Gizi
Kebutuhan Wanita Dewasa
Kebutuhan Wanita Hamil
Sumber Makanan
Energi (kalori)
2500
+ 300
Padi-padian, jagung, umbi-umbian, mie, roti
Protein (gram)
40
+ 10
Daging, ikan, telur, kacang-kacangan, tahu, tempe
Kalsium (mg)
0,5
+ 0,6
Susu, ikan teri, kacang-kacangan, sayuran hijau
Zat besi (mg)
28
+ 2
Daging, hati, sayuran hijau.
Vit. A (SI)
3500
+ 500
Hati, kuning telur, sayur dan buah berwarna hijau dan kuning kemerahan
Vit. B1 (mg)
0,8
+ 0,2
Biji-bijian, padi-padian, kacang-kacangan, daging
Vit. B2 (mg)
1,3
+ 0,2
Hati, telur, sayur, kacang-kacangan
Vit. B6 (mg)
12,4
+ 2
Hati, daging, ikan, biji-bijian, kacang-kacangan
Vit. C (mg)
20
+20
Buah dan sayur

Sumber: Proverawati, 2010

Kebutuhan nutrisi sehari-hari untuk ibu hamil, yaitu:
·         Karbohidrat
Metabolisme karbohidrat ibu hamil sangat kompleks karena terdapat kecenderungan peningkatan ekskresi dextrose dalam urine. Hal ini ditunjukkan oeh frekuensi glukosuria ibu hamil yang relative tinggi dan adanya glukosuria pada kebanyakan wanita hamil setelah mendapat 100 gram dextrose per oral. Normalnya, pada wanita hamil tidak terdapat glukosuria. Kebutuhan karbohidrat lebih kurang 65% dari total kalori sehingga perlu penambahan.
·         Protein
Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, uterus, payudara, hormone, penambahan cairan darah ibu, dan persiapan laktasi. Kebutuhan protein adalah 9 gram/hari. Sebanyak 1/3 dari protein hewan mempunyai nilai biologis tinggi. Kebutuhan protein untuk fetus adalah 925 gram selama 9 bulan. Efisiensi protein adalah 70%. Terdapat protein loss di urine +30%.
·         Lemak
Selama hamil, terdapat lemak sebanyak 2-2,5 kg  dan peningkatan terjadi mulai bulan ke-3 kehamilan. Penambahan lemak tidak diketahui, namun kemungkinan dibutuhkan untuk proses laktasi yang akan datang.
·         Mineral
1)      Ferum (Fe)
a)      Dibutuhkan untuk pembentukan Hb, terutama hemodilusi.
b)      Pemasukan harus adekuat selama hamil untuk mencegah anemia.
c)      Wanita hamil memerlukan 800 mg atau 30-50 gram/hari.
d)     Anjuran maksimal: penambahan mulai awal kehamilan,karena pemberian yang hanya pada trimester III tidak dapat mengejar kebutuhan ibu/fetus dan juga untuk cadangan fetus.
2)      Kalsium (Ca)
a)      Diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi.
b)      Vitamin D membantu penyerapan kalsium.
c)      Kebutuhan 30-40 g/hari untuk janin.
d)     Wanita hamil perlu tambahan 600 mg/hari.
e)      Total kebutuhan ibu hamil selama kehamilan adalah 1200 mg/hari.
3)      Natrium (Na)
a)      Natrium bersifat mengikat cairan sehingga akan memengaruhi keseimbangan cairan tubuh.
b)      Ibu hamil normal kadar natriumnya bertambah 1,6-88 gram/minggu sehingga cenderung akan timbul edema.
c)      Dianjurkan ibu hamil mengurangi makanan yang mengandung trium.
·         Vitamin
1)      Vitamin A
Untuk kesehatan kulit, membrane mukosa, membantu penglihatan pada malam hari, dan menyiapkan vitamin A  bagi bayi.
2)      Vitamin D
Untuk absorpsi dan metabolisme kalsium dan fosfor.
3)      Vitamin E
Dibutuhkan penambahan + 10 mg.
4)      Vitamin K
Untuk pembentukan protrombolin.
5)      Vitamin B kompleks
Untuk pembentukan enzim yang diperlukan dalam metaabolisme karbohidrat.
6)      Vitamin C
Untuk pembentukan kolagen dan darah yang membantu penyerapan Fe.
7)      Asam Folat
Untuk pembentukan sel-sel darah, untuk sintesis DNA, serta untuk pertumbuhan janin dan plasenta.
·         Air
Bertambah 7 L. untuk volume dan sirkulasi darah bertambah +25% sehingga dengan demikian fungsi jantung dan alat-alat lain akan meningkat.
Peningkatan kebutuhan gizi selama kehamilan dipergunakan antara lain untuk pertumbuhan plasenta, pertambahan volume darah, mamae yang membesar, dan metabolism basal yang meningkat. Kenaikan berat badan wanita hamil rata-rata 6,5-16 kg. jika berat badan naik lebih dari semestinya, anjurkan untuk mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat. Lemak jangan dikurangi, apalagi sayur mayor, dan buah-buahan. Jika berat badan tetap saja atau menurun, semua makanan dianjurkan terutama yang mengandung protein dan besi. Jika terdapat edema kaki, sedangkan kenaikan berat badan sesuai dengan kehamilan, anjurkan tidak memakan makanan yang mengandung garam atau makanan yang kaya ion natrium dan klorida. Hal yang penting diperhattikan adalah cara mengatur menu dan cara pengolahan menu makanan.
Untuk memperoleh asupan makanan yang sehat, ibu hamil dianjurkan untuk mengolah makanan secara sehat pula. Adapun cara pengolahan makanan yang sehat dan tepat sebagai berikut:
- Pilihlah sayuran dan buah-buahan yang segar dan berwarna kuning
- Pilihlah daging dan ikan yang segar
- Cucilah tangan yang bersih sebelum dan sesudah mengolah makanan
- Cucilah bahan makanan yang bersih
- Jangan memasak sayuran sampai layu
- Konsumsilah makanan yang diolah sampai matang
- Hindari pemakaian zat pewarna, pengawet, bumbu masak (vetsin)
- Hindari pemakaian minyak yang sudah berkali-kali digunakan
- Perhatikan tanggal kadaluarsa dan komposisi vitamin, mineral dan tempat makanan kalengan
- Simpanlah peralatan dapur dalam keadaan bersih dan aman jangan membiarkan binatang berkeliaran didapur

2.      Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Imunisasi aktif didapat dengan menyuntikkan toksoid tetanus dengan tujuan merangsang tubuh membentuk antibodi. Vaksin tetanus diberikan pada (1) bayi dan anak usia kurang dari 10 tahun, (2) ibu hamil, (3) semua orang dewasa. Vaksin tetanus memiliki berbagai kemasan seperti preparat tunggal (TT), kombinasi dengan toksoid difteri dan atau pertusis (dT, DT, DTwP, DtaP) dan kombinasi dengan komponen lain seperti Hib dan hepatitis B.
·         Pada ibu hamil:
TT-1 : segera setelah ada tanda-tanda kehamilan
TT-2 : satu bulan setelah TT-1
·         Pada calon pengantin wanita:
TT-1 : pada saat pendaftaran nikah
TT-2 : satu bulan setelah TT-1
·         Anak perempuan kelas 6 SD:
TT : kapan saja selama kelas 6 SD
Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus). DPT diberikan satu seri yang terdiri atas 5 suntikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15-18 bulan, dan terakhir saat sebelum masuk sekolah (4-6 tahun). Bagi orang dewasa, sebaiknya menerima booster dalam bentuk TT (tetanus toksoid) setiap 10 tahun.
Untuk mencegah tetanus  neonatrum, wanita hamil dengan persalinan berisiko tinggi paling tidak mendapatkan 2 kali dosis vaksin TT. Dosis TT kedua sebaiknya diberikan paling tidak 4 minggu setelah pemberian dosis pertama, dan dosis kedua sebaiknya diberikan paling tidak 2 minggu sebelum persalinan. Untuk ibu hamil yang sebelumnya pernah menerima TT 2 kali pada waktu calon pengantin atau pada kehamilan sebelumnya, maka diberikan booster TT 1 kali saja.
Vaksin tetanus tidak boleh diberikan pada orang dengan riwayat reaksi alergi berat (anafilaksis) pada pemberian sebelumnya, pada orang yang alergi terhadap komponen vaksin, dan wanita hamil. Pemberian vaksin DPT pada anak-anak harus ditunda jika anak mengalami demam tinggi, memiliki kelainan saraf, atau mengalami gangguan pertumbuhan.
Imunisasi TT diberikan di posyandu, pondok bersalin, rumah sakit, praktik dokter, atau bidan swasta.
Cara Pemberian tetanus toksoid yaitu :
·         Vaksin dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan. Tujuannya agar suspensi menjadi homogen.
·         .Penyuntikkan vaksin TT untuk mencegah tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke empat dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke tiga dan ke empat.
·         Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama pemberian dilakukan dengan tepat pada masa kehamilan bahkan pada trimester pertama.
·         .Di unit pelayanan statis: vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama kurang lebih 4 minggu, dengan ketentuan: vaksin belum kadaluawarsa, vaksin disimpan dalam suhu 2 dan 8 derajat Celcius, tidak pernah terendam air, terjaga sterilitasnya, tidak beku, VVM masih dalam kondisi A atau B.
·         .Di posyandu: vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi.

Tabel: Jadwal imunisasi tetanus toksoid WHO

DOSIS
WAKTU PPEMBERIAN
PERSENTASE PERLINDUNGAN
DURASI PERLINDUNGAN
TT-1
Pada kontak pertama atau sedini mungkin saat kehamilan
Nol
Tidak ada
TT-2
Sekurang-kurangnya 4 minggu setelah TT-1
80
3 tahun
TT-3
Sekurang-kurangnya 6 bulan setelah TT-2 atau selama kehamilan berikutnya
95
5 tahun
TT-4
Sekurang-kurangnya 1 tahun setelah TT-3 atau selama kehamilan berikutnya
99
10 tahun
TT-5
Sekurang-kurangnya 1 tahun setelah TT-4 atau selama kehamilan berikutnya.
99
Selama masa subur

3.      Zat Besi Pada Kehamilan
Zat besi merupakan mineral yang diperlukan oleh semua sistem biologi di dalam tubuh. Besi merupakan unsur esensial untuk sintesis hemoglobin, sintesis katekolamin, produksi panas dan sebagai komponen enzim-enzim tertentu yang dipergunakan untuk produksi adenosin trifosfat yang terlibat dalam respirasi sel. Zat besi disimpan dalam hepar, lien dan sumsum tulang belakang.
Ekstra zat besi diperlukan pada kehamilan. Kebutuhan zat besi pada kehamilan dengan janin tunggal adalah:

200-600 mg untuk memenuhi peningkatan massa sel darah merah;
200-370 mg untuk janin yang bergantung pada berat lahirnya;
150-200 mg untuk kehilangan eksternal;
30-170 mg untuk tali pusat dan plasenta;
90-310 mg untuk menggantikan darah yang hilang saat melahirkan.

Dengan demikian, kebutuhan total zat besi pada kehamilan berkisar antara 580-1340 mg, dan 440-1050 mg diantaranya akan hilang dalam tubuh ibu pada saat melahirkan (Hilman, 1996).
            Untuk mengatasi kehilangan ini, ibu hamil memerlukan rata-rata 3,5-4 mg zat besi per hari. Kebutuhan ini akan meningkat secara signifikan dalam trimester terakhir, yaitu dari rata-rata 2,5 mg/hari pada awal kehamilan menjadi 6,6 mg/hari (Letsky & Warwick, 1994). Zat besi yang tersedia dalam makanan berkisar dari 0,9 hingga 1,8 mg/hari dan ketersediaan ini bergantung pada kecukupan dietnya. Karena itu, pemenuhan kebutuhan pada kehamilan memerlukan mobilisasi simpanan zat besi dan peningkatan absorpsi zat besi. Meskipun absorpsi zat besi mmeningkat cukup besar selama kehamilan (Barrett el al,1994), namun bila kehamilan yang satu dengan lain memiliki jarak yang cukup dekat dan/atau bisa simpanan zat besinya rendah, maka asupan zat besi yang cukup hanya dapat dipenuhi lewat suplementasi. Hanya pada keadaan yang sangat ekstrem, bayi akan lahir dengan defisiensi zat besi. Laktasi juga meningkatkan kebutuhan zat besi; jika seorang ibu mengalami penipisan zat besi postpartum, bayinya mungkin memerlukan terapi profilaksis zat besi. Bayi dengan berat lahir yang rendah, khususnya yang dilahirkan lewat bedah Caesar, dapat membutuhkan suplemen zat besi. Anemia pada anak-anak pernah disertai dengan kesulitan perilaku dan belajar (Hilman, 1996).
a.       Anemia Pada Kehamilan
Kekurangan zat besi merupakan penyakit defisiensi gizi yang penting di Amerika Serikat (Lilley et al, 1996). Jika terdapat bukti adanya defisiensi zat besi, tablet oral suplemen zat besi dapat diberikan karena tidak ada bukti bahwa pemberian suplemen tersebut dengan dosis terapeutik akan membahayakan janin yang sedang tumbuh
b.      Bagaimana Tubuh Menangani Zat Besi
Absorpsi zat besi mengalami peningkatan jika terdapat asam di dalam lambung. Keberadaan asam ini dapat ditingkatkan dengan:
·         Minum tablet zat besi dengan makan daging atau ikan yang menstimulasi produksi asam lambung;
·         Memberikan tablet zat besi bersama tablet asam askorbat (vitamin C) 200 mg atau bersama jus jeruk;
c.       Kelebihan Zat Besi
Hasil akhir yang merugikan pada kehamilan lebih cenderung terjadi bila kadar hemoglobin ibu turun sehingga berada diluar kisaran 10,4-13,2 g/100 ml. Kadar hemoglobin yang lebih tinggi akan meningkatkan viskositas darah, dan peningkatan viskositas ini akan mengganggu aliran darah pada plasenta serta merupakan predisposisi untuk timbulnya koagulasi (Long, 1995). Sekitar 12-13 persen wanita mungkin rentan terhadap kelebihan muatan zat besi.

4.      Asam Folat Pada Ibu Hamil
Satu-satunya suplemen yang dianggap esensial bagi semua ibu hamil di Inggris (UK) adalah asam folat yang menurunkan insidens defek neural tube sebesar 50 sampai 70 persen (Daly et al, 1997). Pemberian asam folat didasarkan pada bukti dari sejumlah penelitian penting yang meliputi beberapa uji klinis terkontrol acak (Hibbard & Smithells, 1965; Smithells et al, 1980; Laurance et al, 1981; MRC Vitamin Study Research Group, 1991; Czeizel & Dudas, 1992). Penelitian awal ini menghasilkan bukti yang meyakinkan keendati tidak sepenuhnya konklusif tentang manfaat suplementasi asam folat. Keputusan untuk melanjutkannya dengan penelitian acak yang lebih luas sebagian berdasarkan pada kesulitan dalam pelaksanaan randomisasi (pengacakan) dalam penelitian awal. The Medical Research Council Study merekrut 1817 orang wanita dengan riwayat kehamilan yang dipersulit oleh defek neural tube, dan kemudian mengacak mereka untuk mendapatkan asam folat (4 mg), suplemen vitamin lainnya, kombinasi keduanya atau tidak mendapatkan satu pun diantara kedua suplemen tersebut. Pada tahun 1991, defek neural tube telah terjadi pada 27 kehamilan; hasil ini dianggap merupakan bukti statistik yang signifikan untuk menghentikan uji klinis tersebut.
Pada manusia, asam folat merupakan unsur esensial untuk pembentukan timidin yang merupakan komponen DNA. Tanpa asam folat akan terjadi gangguan peembelahan sel yang mempengaruhi embrio dan pembentukan sel-sel darah. Selama kehamilan, kebutuhan terhadap aasam folat meningkat dua kali lipat dan tetap tinggi pada masa laktasi (Hilman,1996).
Untuk membantu mencegah kejadian pertama defek neural tube, kepada semua wanita harus dianjurkan untuk minum suplemen 400 mikrogram asam folat per hari sejak saat mereka berencana untuk hamil (sedikitnya 12 minggu sebelum pembuahan) hingga akhir trimester pertama. Memulai suplementasi sebelum minggu ketujuh akan memberikan keuntungan yang signifikan (Ulrich et al, 1999). Wanita yang belum meminum suplemen asam folat ketika menyadari kehamilannya harus segera memulai menggunakan suplemen dan melanjutkan pemakaiannya paling tidak sampai kehamilan minggu ke-12 (BNF, 2000).
Kepada wanita yang mungkin menjadi hamil yang sebelumnya pernah melahirkan seorang anak dengan defek neural tube atau memiliki sanak family derajat pertama dengan masalah ini harus disarankan untuk minum suplemen asam folat dengan dosis 5 mg (yang dikurangi menjadi 4 mg jika tersedia preparat yang sesuai) selama periode waktu yang sama (BNF, 2000). Suplementasi asam folat akan disertai dengan kadar feritin serum serta hemoglobin yang lebih tinggi dan penurunan risiko anemia (Hindmarsh et al, 2000).
Efek samping pemakaian suplemen asam folat yaitu adanya peningkatan risiko konvulsi pada wanita yang menderita epilepsi serta dapat merubah warna urine menjadi kekuningan.

5.      Kalsium Pada Ibu Hamil
a.       Pengertian Kalsium
·         Mineral makro 1,5 – 2 % BB orang dewasa
·         99 % dalam bentuk Hidroksiapatit jaringan keras (tulang dan gigi)
·         Kalsium tulang seimbang kalsium plasma pada konsentrasi ± 2,25 – 2,60 mmol/ L
b.      Sumber Kalsium
·         Sumber paling baik : susu (susu nonfat) dan olahannya
·         Sumber lain : sayuran bedaun hijau, brokoli, kol, bunga kol, kecambah, makanan fortifikasi, ikan yang dimakan dengan tulang/ durinya.
c.       Kebutuhan Kalsium
·         Asupan yang dianjurakan untuk ibu hamil usia > 25 th = 1200 mg/ hari
·         Ibu hamil usia < 25 th = 800 mg/ hari
·         Kebutuhan kalsium dapat dipenuhi dengan 1 gelas susu tiap hari dan variasi makanan sehari-hari
d.      Fungsi Kalsium
·         Pembentukan tulang janin
·         Pembentukan gigi janin
·         Mencegah pengeroposan tulang
·         Mencegah hipertensi kehamilan
·         Mencegah sesak nafas/ asma (alergi)
e.        Kekurangan Kalsium
·         Nyeri pada tulang saat kehamilan
·         Pengeroposan tulang (osteoporosis)
·         Hipertensi kehamilan

D.    Pengobatan Malaria, Yodium, dan Vitamin A pada Ibu Hamil
1.      Malaria Pada Kehamilan
Selama kehamilan respon imun spesifik terdiri dari imunitas seluler oleh limfosit T dan imunitas humoral oleh limfosit B. Wanita hamil memiliki risiko terserang malaria falciparum lebih sering dan lebih berat dibandingkan wanita tidak hamil. Konsentrasi eritrosit yang terinfeksi parasit banyak ditemukan di plasenta sehingga diduga respon imun terhadap parasit di bagian tersebut mengalami supresi. Hal tersebut berhubungan dengan supresi sistem imun baik humoral maupun seluler selama kehamilan sehubungan dengan keberadaan fetus sebagai “benda asing” di dalam tubuh ibu. Supresi sistim imun selama kehamilan berhubungan dengan keadaan hormonal. Konsentrasi hormon progesteron yang meningkat selama kehamilan berefek menghambat aktifasi limfosit T terhadap stimulasi antigen. Selain itu efek imunosupresi kortisol juga berperan dalam menghambat respon imun.
a.       Histopatologi
Pada wanita hamil yang terinfeksi malaria, eritrosit berparasit dijumpai di plasenta sisi maternal dari sirkulasi tetapi tidak di sisi fetal, kecuali pada penyakit plasenta. Pada infeksi aktif, plasenta terlihat hitam atau abu-abu dan sinusoid padat dengan eritrosit terinfeksi. Secara histologist ditandai oleh sel eritrosit berparasit danpigmen malaria dalam ruang intervilli plasenta, monosit mengandung pigmen, infiltrasi mononuklear, simpul sinsitial (syncitial knotting), nekrosis fibrinoid, kerusakan trofoblas dan penebalan membrana basalis trofoblas. Terjadi nekrosis sinsitiotrofoblas, kehilangan mikrovilli dan penebalan membrana basalis trofoblas akan menyebabkan aliran darah ke janin berkurang dan akan terjadi gangguan nutrisi pada janin.
 Lesi bermakna yang ditemukan adalah penebalan membrana basalis trofoblas, pengurusan mikrovilli fokal menahun. Bila villi plasenta dan sinus venosum mengalami kongesti dan terisi eritrosit berparasit dan makrofag, maka aliran darah plasenta akan berkurang dan ini dapat menyebabkan abortus, lahir prematur, lahir mati ataupun berat badan lahir rendah.

b.      Etiologi
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang masuk ke dalam tubuh manusia, ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina (WHO 1981).
c.       Diagnosis Malaria pada Kehamilan
Malaria pada kehamilan dipastikan dengan ditemukannya parasit malaria di dalam:
·         Darah maternal
·         Darah plasenta / melalui biopsi.
d.      Pengaruh Malaria Terhadap Ibu
1)      Anemia
Infeksi malaria akan menyebabkan lisis sel darah merah yang mengandung parasit sehingga akan menyebabkan anemi. Jenis anemi yang ditemukan adalah hemolitik normokrom. Pada infeksi P. falciparum dapat terjadi anemi berat karena semua umur eritrosit dapat diserang. Eritrosit berparasit mau-pun tidak berparasit mengalami hemolisis karena fragilitas osmotic meningkat. Selain itu juga dapat disebabkan peningkatan autohemolisis baik pada eritrosit berparasit maupun tidak berparasit sehingga masa hidup eritrosit menjadi lebih singkat dan anemi lebih cepat terjadi.
2)      Hipoglikemi
Pada wanita hamil umumnya terjadi perubahan metabolisme karbohidrat yang menyebabkan kecenderungan hipoglikemi terutama saat trimester terakhir. Hipoglikemi sering terjadi pada wanita hamil khususnya pada primipara. Gejala hipoglikemi juga dapat terjadi karena sekresi adrenalin yang berlebihan dan disfungsi susunan saraf pusat.
3)      Infeksi plasenta
Pada penelitian terhadap plasenta wanita hamil yang terinfeksi berat oleh falciparum ditemukan banyak timbunan eritrosit yang terinfeksi parasit dan monosit yang berisi pigmen di daerah intervilli. Juga ditemukan nekrosis sinsisial dan proliferasi sel-sel sitotrofoblas. Adanya kelainan plasenta dengan penimbunan pigmen tetapi tidak ditemukan parasit menunjukkan adanya infeksi yang sudah sembuh atau inaktif.

e.       Penatalaksanaan malaria dalam kehamilan
Meski telah dilakukan usaha pencegahan, beberapa wanita hamil akan tetap terkena infeksi malaria. Pertama-tama, tentukan apakah infeksi tersebut tanpa atau dengan komplikasi. Meski malaria tanpa komplikasi dapat diobati dengan mudah, malaria dengan komplikasi lebih sulit penatalaksanaannya dan oleh karena itu membutuhkan rujukan segera.  setiap klien yang didiagnosa dengan malaria tanpa komplikasi selama kehamilan sebaiknya diobati dengan kombinasi klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin.
·         Pemberian obat anti malaria atau kemoterapi.
·         Perbaiki keadaan umum dengan cara memberikan cairan dan perawatan, pemberian cairan adalah faktor penting dalam penanganan malaria berrat namun apabila berlebihan dalam pemberian cairan dapat mengakibatkan edema paru.
·         Pengobatan simptomatik, bila transfusi darah merupakan indikasi maka berikan pengobatan dengan obat anti malaria yang di rekomendasikan.
2.      Yodium Pada Ibu Hamil
Kebutuhan yodium sangat penting, berdasarkan penelitian di Australia, bahwa selama kehamilan dan enam bulan pasca melahirkan seringkali kekurangan yodium, meskipun dalam jumlah yang sedikit. Yodium adalah jenis mineral yang akan berdampak pada perkembangan neurologis janin, sehingga penting untuk dicukupi kebutuhannya. Meskipun kebutuhan yodium harus dipenuhi bukan berarti konsumsinya berlebih dikarenakan kelebihan yodium justru akan menimbulkan masalah kesehatan pada ibu hamil. Organisasi kesehatan dunia, WHO merekomendasikan pada ibu hamil untuk mendapatkan yodium sebanyak 220 mikrogram untuk menjaga kondisi kesehatan ibu dan janin selama kehamilan dan setelah persalinan.
Apabila ibu hamil yang mengalami kelebihan yodium akan berdampak hipotiroidisme, yaitu kondisi dimana terjadinya penurunan sintesis dan sekresi hormon tiroid dari bagian kelenjar tiroid. Hal ini berhubungan dengan terlalu banyak mengkonsumsi iodina, sehingga menginduksi terjadinya kelainan enzimatik yang menyebkan terlambatnya sintesis hormon pada bagian kelenjer yang dikenal dengan kelenjar tiroid.
Dalam mengetahui yodium di dalam tubuh ibu hamil maka dapat dilakukan test urine. Test ini akan berfungsi untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yodium di dalam tubuh ibu hamil.

3.      Vitamin A pada Ibu Hamil
Untuk kesehatan kulit, membrane mukosa, membantu penglihatan pada malam hari, dan menyiapkan vitamin A  bagi bayi.
Vitamin A bermanfaat untuk ibu hamil apalagi dalam trimester pertama hal ini berkaitan dengan daya tahan tubuh yang dapat meningkat dengan konsumsi vitamin A. Selain itu Vitamin A dapat membantu menjaga kesehatan ibu hamil. Konsumsi kandungan vitamin A yang terdapat pada sayur berwarna hijau dan orange, susu, hati ayam.













































BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Tanda Bahaya dalam Kehamilan
·         Empat penyebab utama kematian ibu ialah: perdarahan, infeksi dan sepsis, hipertensi dan preeklamsi/eklamsia, serta persalinan macet (distosia)
·         Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I:
a.       Perdarahan pervaginam (perdarahan ringan, perdarahan berat, abortus imminens, kehamilan ektopik terganggu, abortus komplit, abortus insipiens, abortus inkomplit, dan abortus mola)
b.      Hiperemesis Gravidarum (Grade I, Grade II, dan Grade III)
c.       Anemia
·         Tanda Bahaya Kehamilan Trimester II:
a.       Hipertensi Gravidarum (hipertensi kronik, hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia ringan, hipertensi dalam kehamilan, preeclampsia ringan, preeclampsia berat, dan eklampsia)
b.      Nyeri perut bagian bawah (kista ovaium, apendisitis, sistitis, pielonefritis akut,dan  peritonitis)
c.       Perdarahan pervaginam (plasenta previa dan solusio plasenta)
·         Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III:
a.       Sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak di wajah dan jari-jari tangan.
b.      Ketuban Pecah Dini (KPD)
c.       Gerakan janin tidak teraba (solusio plasenta, rupture uteri, gawat janin, dan kematian janin)
d.      Nyeri perut yang hebat
e.       Ditambahkan semua kemungkinan pada kehamilan trimester ke-2
2.      HIV dalam Kehamilan.
·         Wanita dengan HIV/AIDS yang hamil harus diberikan penyuluhan tentang kehamilannya karena adanya risiko transmisi vertikal HIV/AIDS dari ibu ke bayi sebesar 25-45%. Pengobatan wanita hamil HIV tidak berbeda dengan wanita tidak hamil karena terapi ARV hanya sangat sedikit memiliki kemampuan mengganggu janin (Richard, et al., 1997).
·         Penularan HIV dari ibu ke bayi bisa dicegah melalui empat cara, mulai saat hamil, saat melahirkan, dan setelah lahir yaitu: penggunaan antiretroviral selama kehamilan, penggunaan antiretroviral saat persalinan dan bayi yang baru dilahirkan, penanganan obstetrik selama persalinan, penataaksanaan selama menyusui (Depkes RI 2003)
·         Pemeriksaan serologis infeksi HIV sangat sensitif, yaitu dengan pemeriksaan ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) atau dengan pemeriksaan lainnya Western Blot atau immunofluorescence assay.
3.      Pemberian Nutrisi, Imunisasi TT, Zat Besi, Asam Folat, dan Kalsium Pada Ibu Hamil
·         Pemberian Nutrisi Ibu Hamil
-          Ibu hamil harus memperhatikan susunan menu yang seimbang yaitu menu yang mengandung unsure-unsur sumber tenaga, pembangun, pengatur dan pelindung.
-          Kebutuhan Nutrisi Pada Trimester I (0-14 Minggu):
Makanlah makanan dengan porsi kecil tapi sering, seperti sup, susu, telur, biskuit, buah-buahan segar dan jus.
-          Kebutuhan Nutrisi Pada Trimester II (14-28 Minggu):
Nafsu makan sudah pulih kembali kebutuhan makan harus lebih banyak dari biasanya meliputi zat sumber tenaga, pembangun, pelindung dan pengatur. Hal ini untuk kebutuhan janin.
-          Kebutuhan Nutrisi Pada Trimester III (28-40 Minggu):
Kurangi karbohidrat, tingkatkan protein, sayur-sayuran dan buah-buahan, lemak harus tetap dikonsumsi. Selain itu kurangi makanan terlalu manis (seperti gula) dan terlalu asin karena makanan tersebut akan memberikan kecenderungan janin tumbuh besar dan merangsang timbulnya keracunan saat kehamilan.
-          Kebutuhan nutrisi sehari-hari untuk ibu hamil yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air.
·         Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pada Ibu Hamil
-          Untuk mencegah tetanus  neonatrum, wanita hamil dengan persalinan berisiko tinggi paling tidak mendapatkan 2 kali dosis vaksin TT. Dosis TT kedua sebaiknya diberikan paling tidak 4 minggu setelah pemberian dosis pertama, dan dosis kedua sebaiknya diberikan paling tidak 2 minggu sebelum persalinan. Untuk ibu hamil yang sebelumnya pernah menerima TT 2 kali pada waktu calon pengantin atau pada kehamilan sebelumnya, maka diberikan booster TT 1 kali saja.
-          Jadwal imunisasi TT menurut WHO:
DOSIS
WAKTU PPEMBERIAN
PERSENTASE PERLINDUNGAN
DURASI PERLINDUNGAN
TT-1
Pada kontak pertama atau sedini mungkin saat kehamilan
Nol
Tidak ada
TT-2
Sekurang-kurangnya 4 minggu setelah TT-1
80
3 tahun
TT-3
Sekurang-kurangnya 6 bulan setelah TT-2 atau selama kehamilan berikutnya
95
5 tahun
TT-4
Sekurang-kurangnya 1 tahun setelah TT-3 atau selama kehamilan berikutnya
99
10 tahun
TT-5
Sekurang-kurangnya 1 tahun setelah TT-4 atau selama kehamilan berikutnya.
99
Selama masa subur

·         Zat Besi Pada Kehamilan
Kebutuhan total zat besi pada kehamilan berkisar antara 580-1340 mg, dan 440-1050 mg diantaranya akan hilang dalam tubuh ibu pada saat melahirkan (Hilman, 1996). Untuk mengatasi kehilangan ini, ibu hamil memerlukan rata-rata 3,5-4 mg zat besi per hari. Kebutuhan ini akan meningkat secara signifikan dalam trimester terakhir, yaitu dari rata-rata 2,5 mg/hari pada awal kehamilan menjadi 6,6 mg/hari (Letsky & Warwick, 1994)

·         Asam Folat Pada Ibu Hamil
-          Pada manusia, asam folat merupakan unsur esensial untuk pembentukan timidin yang merupakan komponen DNA. Tanpa asam folat akan terjadi gangguan peembelahan sel yang mempengaruhi embrio dan pembentukan sel-sel darah. Selama kehamilan, kebutuhan terhadap aasam folat meningkat dua kali lipat dan tetap tinggi pada masa laktasi (Hilman,1996).
-          Untuk membantu mencegah kejadian pertama defek neural tube, kepada semua wanita harus dianjurkan untuk minum suplemen 400 mikrogram asam folat per hari sejak saat mereka berencana untuk hamil (sedikitnya 12 minggu sebelum pembuahan) hingga akhir trimester pertama.
·         Kalsium Pada Ibu Hamil
-          Kebutuhan Kalsium
·         Asupan yang dianjurakan untuk ibu hamil usia > 25 th = 1200 mg/ hari
·         Ibu hamil usia < 25 th = 800 mg/ hari
·         Kebutuhan kalsium dapat dipenuhi dengan 1 gelas susu tiap hari dan variasi makanan sehari-hari
-          Fungsi Kalsium
·         Pembentukan tulang janin
·         Pembentukan gigi janin
·         Mencegah pengeroposan tulang
·         Mencegah hipertensi kehamilan
·         Mencegah sesak nafas/ asma (alergi)
4.      Pengobatan Malaria, Pemberian Yodium, dan Vitamin A
·         Pengobatan Malaria
-          Diagnosis malaria pada kehamilan yaitu ditemukannya parasit malaria di dalam darah, baik darah maternal, maupun darah plasenta.
-          Penatalaksanaan malaria dalam kehamilan: pemberian obat anti malaria atau kemoterapi, perbaiki keadaan umum dengan cara memberikan cairan, dan terakhir pengobatan simptomatik.
·         Yodium Pada Ibu hamil
WHO merekomendasikan pada ibu hamil untuk mendapatkan yodium sebanyak 220 mikrogram untuk menjaga kondisi kesehatan ibu dan janin selama kehamilan dan setelah persalinan.
·         Vitami A pada Ibu Hamil
Untuk kesehatan kulit, membrane mukosa, membantu penglihatan pada malam hari, dan menyiapkan vitamin A  bagi bayi.

B.     Saran
Mahasiswi harus menerapkan materi yang telah dibahas dalam makalah ini pada praktek lingkungan. Selain itu, mahasiswi harus mencari lebih banyak materi-materi yang berkaitan dengan pemberian asuhan antenatal agar dapat turut berpartisipasi dalam pengurangan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI)







                                                                                                         


DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta. EGC.
Depkes RI. 2001. Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan Persalinan dan Nifas. Jakarta.
Hamilton, Persis Mary. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Hulliana Mellyna. ______. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta: Niaga Swadaya.

Isslbacher, dkk. 2000. Harrison: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam: (Harrison's Principles of Internal Medicine); Volume 1. Jakarta: EGC.

Jorhan, Sue. 2004. Farmakologi Kebidanan. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.
Safrudin, dan Hamidah. 2009. Safe Matherhood : Sepsis Puerperalis Materi Pendidikan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Yulaikhah, Lily. 2009. Seri Asuhan Kebidanan: Kehamilan. Jakarta: EGC.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar