ASUHAN
KEBIDANAN (ASKEB 1)
KEBUTUHAN
FISIK IBU HAMIL TRIMESTER I, II, III
(
PEKERJAAN DAN TANDA BAHAYA KEHAMILAN)
Disusun
Sebagai Tugas Individu
Dosen
Pengampu: Sunaeni, S.ST, M.Keb
DISUSUN
OLEH:
RIRIN
AOENG S. POETRI
NIM:
13.032
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN
PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER
DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SORONG
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat sehingga makalah
yang berjudul “Kebutuhan Fisik Ibu Hamil Trimester I, II, III ( Pekerjaan Dan
Tanda Bahaya Kehamilan)” dapat
diselesaikan sesuai target yang ingin dicapai oleh penulis.
Makalah ini dibuat untuk memberikan
pengetahuan kepada pembaca mengenai pekerjaan yang boleh dan tidak boleh
dilakukan ibu hamil, serta tanda-tanda bahaya kehamilan, baik pada kehamilan
muda maupun kehamilan lanjut. Selain itu, makalah ini juga dibuat untuk
menambah wawasan bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak
W. Isir, B.Sc, S.Sos, MM selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Sorong.
2. Ibu
M. Wattimena, A.Kp, M.Kes selaku ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Sorong.
3. Ibu
Sunaeni, M.Keb selaku ketua Program Studi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Sorong
sekaligus dosen pengampu.
4. Ibu
Adriana Egam, S.ST, M.Kes selaku dosen wali tingkat I Program Studi D-IV
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Sorong.
5. Seluruh
pihak yang telah membantu, khususnya pada penyusunan makalah ini.
Semoga usaha pembuatan
makalah yang telah dikerahkan ini dapat membuahkan hasil yang maksimal dan
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mohon maaf, karena
sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa.
Sorong, 14 Februari 2014
Penulis
Ririn Aoeng S. Poetri
DAFTAR
ISI
Halaman Judul ……………………………………………………………
Kata Pengantar …………………………………………………………...
Daftar Isi …………………………………………………………………
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
…………………………………………..............
1.2 Rumusan
Masalah ……………………………………………….
1.3 Tujuan
Pembahasan
……………………………………..............
1.4 Manfaat
Penulisan ……………………………………………….
BAB
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pekerjaan
Pada Ibu Hamil ………………………………………..
2.2 Tanda
Bahaya dalam Trimester I, II, dan III Kehamilan ………...
2.2.1 Tanda-tanda Bahaya dalam Kehamilan Trimester
I …………
2.2.2 Tanda-tanda Bahaya dalam Kehamilan Trimester
II ………...
2.2.3 Tanda-tanda Bahaya dalam Kehamilan Trimester
III ……….
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………….
3.2 Saran ……………………………………………………...............
Daftar
Pustaka ……………………………………………………………
|
i
ii
iii
1
1
1
2
3
3
19
19
iv
|
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses kehidupan seorang
wanita, dimana dengan adanya proses ini terjadi perubahan-perubahan. Perubahan
tersebut meliputi perubahan fisik, mental dan sosial. Selain kebutuhan
psikologis, kebutuhan fisik juga harus diperhatikan agar kehamilan dapat
berlangsung dengan aman dan lancar. Kebutuhan fisik yang diperlukan ibu selama
hamil meliputi oksigen, nutrisi, peronal hygiene, pakaian, eliminasi, seksual,
mobilisasi & body mekanik, exercise atau senam hamil, istirahat atau tidur,
imunisasi, traveling, persiapan laktasi, persiapan kelahiran bayi, memantau
kesejahteraan bayi, ketidaknyamanan dan cara mengatasinya, kunjungan ulang,
pekerjaan, serta tanda bahaya dalam kehamilan.
Dari sekian banyak kebutuhan fisik ibu hamil tersebut,
penulis akan membahas pekerjaan dan tanda bahaya dalam kehamilan. Penting untuk
mengetahui kebutuhan fisik ibu hamil ini, agar tenaga kesehatan khususnya bidan
tidak salah dalam memberikan asuhan serta KIE (Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi) pada ibu hamil.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Pekerjaan
yang seperti apakah yang boleh dilakukan oleh ibu hamil?
2. Apa
saja tanda bahaya dalam kehamilan?
1.3 Tujuan Pembahasan
1.3.1
Tujuan
Umum
1. Mengetahui
pekerjaan yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh ibu hamil trimester I,II,
dan III.
2. Mengetahui
tanda bahaya dalam kehamilan pada ibu trimester I,II, dan III.
1.3.2
Tujuan
Khusus
1. Memahami
tanda-tanda bahaya dalam kehamilan muda.
2. Memahami
tanda-tanda dini bahaya / komplikasi pada kehamilan lanjut.
2.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini
diharapkan dapat memberikan manfaat dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Sebagai
informasi mengenai pekerjaan ibu hamil dan tanda bahaya dalam kehamilan.
2.
Menjadi pembelajaran bagi penulis
agar lebih baik dalam penulisan-penulisan berikutnya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pekerjaan Pada Ibu Hamil
Seorang wanita yang hamil harusnya berhenti bekerja diluar
rumah. Kesehatan Ibu hamil dan bayi yang dikandungnya sangat tergantung pada
jenis pekerjaannya, apakah lingkungan pekerjaan mengancam kehamilan atau tidak,
dan seberapa besar energi fisik dan mental yang diperlukan dalam bekerja.
Sebagai contoh : wanita yang bekerja sebagai radiografer dianjurkan untuk
meninggalkan pekerjaannya beberapa bulan sebelum hamil.
1. Pekerjaan Boleh Dilakukan Ibu Hamil
o Bekerja selama kehamilan tidak
dilarang, asalkan tidak ada komplikasi pada kehamilan seperti mules yang
berlebih dan flek darah.
o Pekerjaan yang boleh dilakukan ibu
hamil adalah pekerjaan yang tidak melibatkan aktivitas fisik berat dan tidak
meningkatkan kelelahan. Baik itu berangkat menuju tempat kerja maupun saat
kerja.
o Di Amerika Serikat, setengah dari
total populasi bayi dilahirkan dari Ibu yang bekerja.
o Di Indonesia, Pegawai Negeri Sipil
(PNS) diberikan cuti 1 bulan sebelum dan 2 bulan setelah melahirkan dan tetap
digaji.
o Pegawai swasta memiliki cuti melahirkan
yang diatur oleh masing-masing perusahaan. dan masih diatur pemerintah dalam UU
Tenaga Kerja Nomor 13 tahun 2003 Pasal 82: "Pekerja perempuan
berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya
melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut
perhitungan dokter kandungan atau bidan."
2. Pekerjaan Tidak Boleh Dilakukan Ibu
Hamil
o Pekerjaan yang dilarang dilakukan
ibu hamil adalah pekerjaan yang membutuhkan aktivitas fisik berat dan sangat
meningkatkan kelelahan.
o Pekerjaan seperti polisi wanita atau
tentara wanita harus dipindahkan ke bagian yang tidak menimbulkan kelelahan.
o Efek samping bekerja dengan
aktivitas fisik pernah diteliti oleh Mozurkewich dkk. pada tahun 2000, dengan
me-review 29 studi yang melibatkan 160.000 wanita hamil dengan pekerjaan
yang membutuhkan aktivitas fisik. 20-60% wanita tersebut mengalami kelahiran
prematur, janin gagal tumbuh, dan hipertensi gestasional.
2.2 Tanda Bahaya
dalam Trimester I, II, dan III Kehamilan
Kasus kegawatdaruratan obstetri adalah kasus obstetri yang
apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus
ini menjadi penyebab utama kematian ibu, janin serta bayi baru lahir. Empat
penyebab utama kematian ibu ialah:
1. perdarahan
2. infeksi dan sepsis
3. hipertensi dan preeklamsi/eklamsia
4. persalinan macet (distosia)
Persalinan macet hanya terjadi pada saat persalinan
berlangsung, sedangkan ketiga penyebab lain dapat terjadi dalam kehamilan,
persalinan, dan dalam masa nifas. Berikut ini hanya akan dibahas mengenai
tanda-tanda bahaya atau kegawatdaruratan yang terjadi dalam kehamilan.
2.2.1 Tanda-tanda Bahaya dalam
Kehamilan Trimester I
1.
Perdarahan Pervaginam
Perdarahan
yang terjadi pada hamil muda dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan. Oleh
karena itu, diperlukan analisis dan pemeriksaan yang cermat untuk menentukan
penyebabnya.
Berikut
ini tanda/gejala yang menyertai perdarahan pervaginam serta kemungkinan
diagnosis.
a.
Perdarahan
ringan membutuhkan waktu lebih dari 5 menit untuk membasahi pembalut atau kain
bersih
b.
Perdarahan
berat membutuhkan waktu kurang dari 5 menit untuk membasahi pembalut atau kain
bersih
c.
Abortus
Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa
terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, hasil
konsepsi masih di dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Diagnosis abortus imminens
ditentukan bila pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum,
disertai mules-mules sedikit atau tidak sama sekali, besarnya uterus sesuai
dengan usia kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif.
Pada beberapa wanita hamil dapat
terjadi perdarahan sedikit seperti pada saat haid. Hal ini disebabkan oleh
penembusan villi koriales ke dalam desidua, pada saat implantasi. Perdarahan
implantasi biasanya sedikit, warnanya merah dan cepat berhenti, tidak disertai
mules-mules.
d.
Kehamilan
ektopik terganggu
Kehamilan ektopik terjadi bila ovum
yang telah dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar kavum uteri. Pada keadaan
ini besar kemungkinan terjadi keadaan gawat. Keadaan gawat ini dapat terjadi
apabila kehamilan ektopik terganggu.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik
terganggu.
Pada
ruptur tuba, nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan
intensitasnya disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan
masuk dalam keadaan syok.
Perdarahan
pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu.
Perdarahan yang berasal dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna coklat
tua. Pada kehamilan ektopik terganggu ditemukan bahwa usaha menggerakkan
serviks uteri menimbulkan rasa nyeri, demikian pula kavum Douglas menonjol dan
nyeri pada perabaan.
Kehamilan
ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan
mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala
samar-samar, sehingga sulit membuat diagnosis.
e.
Abortus
komplit
Pada abortus kompletus semua hasil
konsepsi sudah keluar, ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah
menutup, dan uterus sudah mulai mengecil.
Diagnosis dapat dipermudah bila
hasil konsepsi yang telah keluar dapat diperiksa apakah sudah keluar semua
dengan lengkap. Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan
secara khusus, hanya apabila ditemukan anemia perlu diberi sulfas ferrosus
(tablet Fe) atau transfusi.
f.
Abortus
insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa
perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi
serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Rasa
mules lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.
g.
Abortus
inkomplit
Abortus inkompletus adalah
pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
masih ada sisa tertinggal di dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis
servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang
sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
Perdarahan yang terjadi pada abortus
inkompletus dapat banyak sekali, sehingga dapat menyebabkan syok dan perdarahan
tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan. Apabila abortus
inkompletus disertai syok karena perdarahan, segera atasi syok segera, setelah
keadaan membaik baru dilakukan pengeluaran sisa konsepsi.
h.
Abortus
mola
Mola hidatidosa adalah suatu
kehamilan yang berkembang tanpa janin dan ditemukan jaringan seperti buah
anggur. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa
gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran
bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1 atau 2 sentimeter.
Tabel
2.1: Macam-macam Perdarahan Pervaginam
Perdarahan
|
Servik
|
Uterus
|
Gejala/Tanda
|
Diagnosis
|
Bercak hingga sedang
|
Tertutup
|
Sesuai dengan usia gestasi
|
-
Kram perut bawah
-
Uterus lunak
|
Abortus imminens
|
Sedikit lebih besar dari normal
|
- Limbung/pingsan
- Nyeri
perut bawah
- Nyeri
goyang porsio
- Massa
adneksa
- Cairan
bebas intra abdomen
|
Kehamilan ektopik terganggu
|
||
Tertutup/ terbuka
|
Lebih kecil dari usia gestasi
|
-
Sedikit/tanpa nyeri perut bawah
-
Riwayat eksplusi hasil konsepsi
|
Abortus komplit
|
|
Sedang hingga masif atau banyak
|
Terbuka
|
Sesuai usia kehamilan
|
-
Kram atau nyeri perut bawah
-
Belum terjadi eksplusi hasil
konsepsi
|
Abortus insipiens
|
-
Kram atau nyeri perut bawah
-
Eksplusi sebagian hasil konsepsi
|
Abortus inkomplit
|
|||
Lunak dan lebih besar dari usia gestasi
|
-
Mual/muntah
-
Kram perut bawah
-
Sindroma mirip pre eklampsi
-
Tak ada janin, keluar jaringan
seperti anggur
|
Abortus mola
|
2.
Hiperemesis Gravidarum
Sebagian besar kejadian emesis dan hiperemesis gravidarum
berlangsung sejak usia kehamilan 9-10 minggu. Kejadian ini makin berkurang dan
selanjutnya diharapkan berakhir pada usia kehamilan 12-14 minggu. Sebagian
kecil dapat berlanjut sampai usia kehamilan 20-24 minggu.
Hiperemesis gravidarum. Terjadi sekitar 10-15%. Mual muntah
berlebihan dan telah mengganggu aktivitas sehari-hari. Sudah terjadi gangguan
elektrolit ketosis, terdapat dehidrasi, dan menurunnya berat badan sebesar 5%.
Terdapat berbagai tingkat dan memerlukan hospitalisasi untuk pengobatan
psikologis, rehidrasi tambahan cairan. Diperlukan pengobatan medikamentosa
khusus.
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan
karbohidrat habis dipakai untuk keperluan energy sehingga pembakaran tubuh
beralih pada cadangan lemak dan protein.
Gambaran gejala hiperemesis gravidarum secara klinis dapat
dibagi mmenjadi tiga tingkat berikut ini.
·
Hiperemesis
gravidarum grade 1 (tingkat pertama)
ü Muntah berlangsung terus
ü Makan berkurang
ü Berat badan menurun
ü Kulit dehidrasi sehingga tonusnya
lemah
ü Nyeri di daerah epigastrium
ü Tekanan darah turun dan nadi
meningkat
ü Lidah kering
ü Mata tampak cekung
·
Hiperemesis
gravidarum grade 2 (tingkat kedua)
ü Penderita tampak lebih lemah
ü Gejala dehidrasi makin tampak, mata
cekung, turgor kulit makin kurang, lidah
kering dan kotor
ü Tekanan darah turun, nadi meningkat
ü Berat badan makin menurun
ü Mata ikterus
ü Gejala hemokonsentrasi makin tampak:
urine berkurang dan badan aseton dalam urine meningkat
ü Terjadinya gangguan buang air besar
ü Mulai tampak gejala gangguan
kesadaran, menjadi apatis.
ü Napas berbau aseton
·
Hiperemesis
gravidarum grade 3 (tingkat ketiga)
ü Muntah berkurang
ü Keadaan umum ibu hamil makin
menurun: tekanan darah turun, nadi meningkat, dan suhu naik; keadaan dehidrasi
makin jelas
ü Gangguan faal hati terjadi dengan
manifestasi ikterus
ü Gangguan kesadaran dalam bentuk
somnolen sapai koma; komplikasi susunan saraf pusat (ensefalopati wernicke):
nistagmus (perubahan arah bola mata), diplopia (gambar tampak ganda), dan
perubahan mental.
3.
Anemia pada Kehamilan
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat
besi, jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia pada
kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan
sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas
sumber daya manusia. Anemia hamil disebut “potential
danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena
itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan.
Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20% sampai
89% dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di
Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Hoo Swie Tjiong menemukan angka
anemi kehamilan 3,8% pada trimester I, 13,6% trimester II, dan 24,8% pada
trimester III. Simanjuntak mengemukakan bahwa sekitar 70% ibu hamil di Indonesia
mengalami anemia kekurangan gizi. Pada pengamatan yang lebih lanjut menunjukkan
bahwa kebanyakan anemia yang diderita
masyarakat adalah karena kekurangan zat besi yang dapat diatasi melalui
pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan gizi.
Tanda-tanda anemia
gizi besi (AGB) antara lain: pucat, lemah, lesu, pusing dan penglihatan sering
berkunang-kunang. Apabila dilakukan pemeriksaan kadar Hb dalam darah, maka
angka Hb kurang dari normal. Adapun ambang batas normal kadar Hb untuk berbagai
kelompok adalah sebagai berikut:
Anak Balita :
11 gram %
Usia Sekolah :
12 gram %
Wanita dewasa :
12 gram %
Laki-laki dewasa :
13 gram %
Ibu hamil dan menyusui eksklusif : 11 gram %
Sumber: WHO, 1986. Temu Nasional Anemia
1983.
AGB dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan dari tingkat ringan sampai berat. Anemia pada ibu hamil akan menambah
risiko: mendapatkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum
dan pada saat persalinan, dan bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya,
jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat.
Anemia sedang dan ringan dapat
menimbulkan gejala lesu, lelah, pusing, pucat dan penglihatan sering
berkunang-kunang.
Departemen Kesehatan telah
melaksanakan program penanggulangan AGB dengan membagikan tablet besi atau
Tablet Tambah Darah (TTD) kepada ibu hamil sebanyak satu tablet setiap hari
berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan.
Grade Hb Ibu Hamil di Indonesia
Menurut WHO, yaitu:
·
Hbs
11 gr% normal
·
Hbs
9-10 gr % anemia ringan
·
Hbs
7-9 gr % anemia sedang
·
Hbs
5-7 gr % anemia berat
2.2.2 Tanda-tanda Bahaya dalam Kehamilan Trimester II
1. Hipertensi Gravidarum
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan meliputi:
a.
Hipertensi
kronik (tanpa proteinuria dan edema)
b.
Hipertensi
kronik dengan superimposed preeclampsia ringan
c.
Hipertensi
dalam kehamilan
d.
Preeklampsia
ringan
e.
Preeklampsia
berat
f.
Eklampsia
Penjelasan dari tiap-tiap klasifikasi hipertensi dalam
kehamilan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel
2.2: Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan
Gejala
dan Tanda yang Selalu Ada
|
Gejala
dan Tanda yang Kadang-kadang Ada
|
Diagnosis
Kemungkinan
|
·
Tekanan diastolic > 90
mmHg pada kehamilan < 20 minggu
|
Tidak ada
|
Hipertensi kronik
|
·
Tekanan diastolic 90 – 110 mmHg
pada kehamilan < 20 minggu
·
Proteinuria (+2)
|
Tidak ada
|
Hipertensi kronik dengan
superimposed preeklampsia ringan
|
·
Tekanan
diastolic 90 – 110 mmHg (2 pengukuran berjarak 4 jam) pada kehamilan > 20
minggu
·
Proteinuria
(-)
|
Tidak ada
|
Hipertensi dalam kehamilan
|
·
Tekanan
diastolic 90 – 110 mmHg (2 pengukuran berjarak 4 jam) pada kehamilan > 20
minggu
·
Proteinuria
(+2)
|
Tidak ada
|
Preeklampsia ringan
|
·
Tekanan
diastolic ≥ 110
mmHg pada kehamilan > 20 minggu
·
Proteinuria
(+3)
|
·
Nyeri
kepala (tidak hilang dengan analgetika biasa)
·
Penglihatan
kabur
·
Oliguria
(< 400ml/24 jam)
·
Nyeri
abdomen atas (epigastrium)
·
Edema
paru
|
Preeklampsia berat
|
·
Kejang
·
Tekanan
diastolic ≥ 90
mmHg pada kehamilan > 20 minggu
·
Proteinuria
(+2)
|
·
Koma
·
Sama
seperti preeklampsia berat
|
Eklampsia
|
2. Nyeri Perut Bagian Bawah
Nyeri
perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang kemungkinan merupakan gejala utama
pada kehamilan ektopik atau abortus, dapat juga disebabkan oleh sebab lain.
Nyeri
perut bagian bawah dapat ditemukan pada Apendisitis, Peritonitis, Kista
ovarium, Sistitis, Pielonefritis akut, Peritonitis. Pada keadaan-keadaan
tersebut, nyeri perut mungkin disertai dengan berbagai gejala dan tanda,
seperti di bawah ini.
a. Kista
ovarium
+ Nyeri perut
+ Tumor adneksa pada
periksa dalam
+ Massa tumor di perut
bawah
+ Perdarahan vaginal
ringan
b. Apendisitis
+ Nyeri perut bawah
+ Demam
+ Nyeri lepas
+ Perut membengkak
+ Anoreksia
+ Mual/muntah
+ Ileus paralitik
+ Lekositosis
c. Sistitis
+ Disuria
+ Sering berkemih
+ Nyeri perut
+ Nyeri
retro/suprapubik
d. Pielonefritis
akut
+ Disuria
+ Demam tinggi/menggigil
+ Sering berkemih
+ Nyeri perut
+
Nyeri retro/suprapubik
+ Nyeri pinggang
+ Sakit di dada
+ Anoreksia
+ Mual/muntah
e. Peritonitis
+ Demam
+ Nyeri perut bawah
+ Bising usus (-)
+ Nyeri lepas
+ Perut kembung
+ Anoreksia
+ Mual/muntah
+ Syok
4.
Perdarahan
pervaginam
Perdarahan
pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan disebut sebagai
perdarahan pada kehamilan lanjut atau perdarahan antepartum.
Bila menjumpai klien
dengan perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu (perdarahan
antepartum),jangan melakukan periksa dalam vagina (PD).
a.
Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah
terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin
lahir. Biasanya terjadi pada trimester ketiga, walaupun dapat pula terjadi
setiap saat dalam kehamilan. Plasenta dapat lepas sebagian atau seluruhnya.
Bila plasenta yang terlepas seluruhnya disebut solusio plasenta totalis, bila hanya sebagian disebut solusio plasenta parsialis, atau bisa
juga hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang lepas sering disebut rupture
sinus marginalis.
Perdarahan
yang terjadi karena lepasnya plasenta ini dapat mengalir ke luar yaitu pada solusio plasenta dengan perdarahan keluar.
Sedangkan pada solusio plasenta dengan
perdarahan tersembunyi, perdarahan tersembunyi di belakang plasenta.
Dapat pula terjadi keduaduanyaatau perdarahannya menembus selaput ketuban masuk
ke dalam kantong ketuban.
b. Plasenta Previa
Plasenta
previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir.
Pada keadaan normal plasenta terletak pada
bagian atas uterus.
Plasenta
dapat menutupi seluruh pembukaan jalan lahir yang disebut plasenta previa totalis, apabila
hanya sebagian jalan lahir yang tertutup jaringan plasenta maka disebut plasenta previa parsialis. Sedangkan
apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan disebut plasenta previa marginalis.
Penyebab
utama pada perdarahan antepartum adalah solusio plasenta dan plasenta previa.
Selain kedua penyebab utama tersebut, perdarahan pada kehamilan lanjut dapat
juga disebabkan oleh hal lain. Misalnya rupture uteri atau gangguan pembekuan
darah.
Tabel
2.3: Macam-macam Perdarahan Pervaginam
Gejala dan tanda utama
|
Faktor predisposisi
|
Penyulit lain
|
Diagnosis
|
· Perdarahan tanpa nyeri, usia gestasi >22 minggu
· Darah segar atau kehitaman dengan bekuan
· Perdarahan dapat terjadi setelah miksi atau defekasi, aktivitas
fisik, kontraksi Braxton Hicks atau koitus
|
Grande multipare
|
· Syok
· Perdarahan setelah koitus
· Tidak ada kontraksi uterus
· Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul
· Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin
|
Plasenta previa
|
· Perdarahan dengan nyeri intermiten atau menetap
· Warna darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin ada bekuan jika
solusio relatif baru
· Jika ostium terbuka, terjadi perdarahan berwarna merah segar.
|
· Hipertensi
· Versi luar
· Trauma abdomen
· Polihidramnion
· Gemelli
· Defisiensi gizi
|
· Syok yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar (tipe
tersembunyi)
· Anemia berat
· Melemah atau hilangnya gerakan janin
· Gawat janin atau hilangnya denyut jantung janin
· Uterus tegang dan nyeri
|
Solusio plasenta
|
· Perdarahan intra abdominal dan atau vaginal
· Nyeri hebat sebelum perdarahan dan syok, yang kemudian
hilang setelah terjadi regangan hebat pada perut bawah (kondisi ini tidak
khas)
|
· Riwayat seksio sesarea
· Partus lama atau kasep
· Disproporsi kepala / fetopelvik
· Kelainan letak/presentasi
· Persalianan
traumatik
|
· Syok atau takhikardia
· Adanya cairan bebas intraabdominal
· Hilangnya gerak dan denyut jantung janin
· Bentuk uterus
abnormal atau konturnya tidak jelas
· Nyeri
raba/tekan dinding perut dan bagian-bagian janin mudah dipalpasi
|
Ruptura
uteri
|
· Perdarahan berwarna merah sega
· Uji pembekuan darah tidak menunjukkan adanya bekuan darah setelah 7
menit
· Rendahnya factor pembekuan darah, fibrinogen, trombosit,
fragmentasi sel darah merah
|
· Solusio plasenta
· Janin mati dalam rahim
· Eklampsia
· Emboli air ketuban
|
· Perdarahan gusi
· Gambaran memar bawah kulit
· Perdarahan dari tempat suntikan dan jarum infus
|
Gangguan
pembekuan darah
|
2.2.3
Tanda-tanda
Bahaya dalam Kehamilan Trimester III
1.
Sakit
Kepala yang Hebat, Penglihatan Kabur, Bengkak di Wajah dan Jari-jari Tangan
Sakit
kepala, penglihatan kabur, bengak di wajah dan jari tangan sering berhubungan
dengan preeklampsia dan eklampsia. Gejala dan tanda tersebut disertai dengan
kejang serta kehilangan kesadaran. Keadaan lain yang dapat menyebabkan kejang
antara lain epilepsi, malaria, trauma kepala, meningitis, ensefalitis. Nyeri
kepala dan penglihatan kabur serta muntah dapat terjadi pada migrain.
2. Keluar Cairan Pervaginam
Pengeluaran
cairan pervaginam pada kehamilan lanjut merupakan kemungkinan mulainya
persalinan lebih awal. Bila pengeluaran berupa mucus bercampur darah (blood
show) dan mungkin disertai mules, kemungkinan persalinan akan dimulai lebih
awal. Bila pengeluaran berupa cairan, perlu diwaspadai terjadinya ketuban pecah
dini (KPD). Untuk menegakkan diagnosis KPD perlu diperiksa apakah cairan yang
keluar tersebut adalah cairan ketuban. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan
speculum untuk melihat dari mana asal cairan, kemudian pemeriksaan reaksi pH
basa.
3.
Gerakan
Janin Tidak Teraba
Apabila
ibu hamil tidak merasakan gerakan janin sesudah usia kehamilan 22 minggu atau
selama persalinan, maka perlu waspada terhadap kemungkinan gawat janin atau
bahkan kematian janin dalam uterus.
Gerakan
janin berkurang atau bahkan hilang dapat juga terjadi pada solusio plasenta dan
rupture uteri.
Menurut
Sadovsky (1979), jumlah rata-rata pergerakan fetus perminggu adalah 50 sampai
950 gerakan . Variasi hariannya yang paling rendah adalah 4 – 10 per 12 jam
pada kehamilan normal.
Tabel 2.4: Diagnosis Kemungkinan Janin Tidak
Teraba
Gejala
dan tanda yang selalu ada
|
Gejala
dan tanda yang kadang ada
|
Diagnosis
kemungkinan
|
·
Gerakan janin berkurang atau hilang
·
Nyeri perut hilang timbul atau menetap
·
Perdarahan pervaginam sesudah 22 minggu
|
·
Syok
·
Uterus tegang/kaku
·
Gawat janin atau DJ tidak terdengar
|
Solusio plasenta
|
·
Gerakan janin dan DJJ tidak ada
·
Perdarahan
·
Nyeri perut hebat
|
·
Syok
·
Perut kembung/cairan bebas intra abdominal
·
Kontur uterus abnormal
·
Abdomen nyeri
·
Bagian-bagian janin teraba
·
Denyut nadi ibu cepat
|
Ruptura uteri
|
·
Gerakan janin berkurang atau hilang
·
DJJ abnormal (<100/menit atau
>180/menit)
|
Cairan ketuban bercampur
mekonium
|
Gawat Janin
|
Gerakan janin/DJJ hilang
|
·
Tanda-tanda kehamilan berhenti
·
Tinggi fundus uteri berkurang
·
Pembesaran uterus berkurang
|
Kematian janin
|
4. Nyeri Perut Yang Hebat
Seperti
sudah dijelaskan di atas bahwa nyeri perut kemungkinan merupakan tanda
kemungkinan Persalinan preterm, Rupture uteri, Solusio plasenta. Nyeri perut
hebat dapat terjadi pada rupture uteri (nyeri dapat berkurang setelah rupture
terjadi) disertai dengan syok, perdarahan intraabdomen dan atau pervaginam,
kontur uterus yang abnormal, serta gawat janin atau DJJ tidak ada.
5.
Ditambahkan
Semua Kemungkinan pada Kehamilan Trimester ke-2
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan
Ibu hamil dan bayi yang dikandungnya sangat tergantung pada jenis pekerjaannya,
apakah lingkungan pekerjaan mengancam kehamilan atau tidak, dan seberapa besar
energi fisik dan mental yang diperlukan dalam bekerja.
Tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai dalam kehamilan
muda antara lain: perdarahan pervaginam; hipertensi gravidarum; dan nyeri perut
bagian bawah.
Tanda-tanda dini
bahaya/komplikasi pada kehamilan lanjut, diantaranya: perdarahan pervaginam; sakit kepala
yang hebat, penglihatan kabur, bengkak di wajah dan jari-jari tangan; keluar cairan
pervaginam; gerakan
janin tidak teraba;
serta nyeri
perut yang hebat.
B.
Saran
Sebagai seorang bidan, kita harus dapat memberikan
pengertian yang baik mengenai pekerjaan apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan oleh ibu hamil.
Perlu mengenal dengan baik tanda-tanda bahaya yang perlu
diwaspadai dalam kehamilan muda maupun kehamilan lanjut. Hal ini dapat membantu
kita untuk memperkecil kemungkinan kematian, kecacatan, dan trauma persalinan
baik pada ibu maupun bayi.
DAFTAR
PUSTAKA
Bobak.
2005. Keperawatan Maternitas.
Jakarta. EGC.
Depkes RI. 2001. Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan Persalinan dan Nifas. Jakarta.
Hamilton,
Persis Mary. Dasar-Dasar Keperawatan
Maternitas. Jakarta: EGC.
Manuaba,
dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta: EGC.
Manuaba,
Ida Ayu Chandranita, dkk. 2009. Buku Ajar
Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Sari,
Reni Wulan. 2008. Dangerous Junk Food.
Jakarta: Niaga Swadaya.
0 komentar:
Posting Komentar